Annline
Ia lahir sebagai anak pertama dari pasangan suami istri yang memiliki perbedaan usia cukup jauh. Daisy adalah anak perempuan pertama mereka. Anak yang hadir tidak lama setelah pasutri tersebut mengarungi bahtera rumahtangga. Hanya diperlukan waktu tiga bulan setelah resepsi pernikahan digelar, Daisy hadir sebagai benih cikal bakal janin yang siap bertumbuh di dalam kehangatan rahim sang bunda.
Kata orang, anak pertama itu istimewa. Anak pertama hadir sebagai pengalaman pertama dari sebuah cinta, cinta pertama ayah dan bunda yang bersemi.
Pengalaman Pertama. Kesan Pertama. Cinta Pertama sepasang suami istri.
Daisy tumbuh sehat tidak kurang suatu apa, normal dan bahagia bersama kasih sayang dari ayah dan Bundanya. Sang bunda yang masih berusia muda, wajahnya akan terlihat begitu sumringah saat bercanda dan mengangkat serta menggendong Daisy. Wajah Ibu dan Anak itu akan saling bertatapan dengan raut wajah bahagia yang melengkapi serta derai tawa yang menghiasi.. .
Hingga di suatu ketika, saat Daisy masih lah seorang bayi berusia tiga bulan, ia menolak air susu sang bunda. Bunda merasa sedih dan bertanya pada dokter anak perihal tersebut. Ternyata, sudah ada kehidupan baru di perut bunda. Detaknya mungkin sudah Daisy rasakan. sedikit banyaknya. Mungkin ia merasakan pula rasa yang berbeda pada indra perasa juga perasaan hatinya.
Daisy kecil, Daisy yang masih terlalu kecil itu pun kemudian secara alami belajar untuk tidak terlalu bergantung dan berharap pada bunda. Ia harus mulai membiasakan diri untuk 'sendiri' alias tidak terlalu rewel sebagai seorang anak kecil yang pada umumnya seperti itu bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Dasy tahu diri karena fokus bunda tentu akan teralihkan untuk bayi kecil baru yang akan hadir tidak lama lagi.
Daisy anak yang baik, ia bisa mengerti dan menerima itu. Ia kemudian berkembang menjadi anak yang tidak banyak menuntut, cenderung mengalah juga memendam rasa serta ia pun belajar untuk memahami, padahal usianya masih batita. Ia sudah tertempa oleh keadaan. Belajar dan menyesuaikan diri dengan hal itu. Saat usia Daisy masih balita, bunda kembali mengandung dan kemudian melahirkan. Daisy mulai merasa, rasanya dirinya makin jauh saja dari kata perhatian dan manja, cenderung kekurangan. Ia tahu dan menyadari kembali bahwa adiknya, bayi baru kecil yang kedua itu lebih butuh bunda dibanding dirinya.
Daisy diam. Semakin menerima. Ia juga sama sekali tidak rewel, ribut atau pun rungsing. Dia sangat kalem. Walau terbersit pula keinginan dari hatinya yang paling dalam, bahwa ia juga ingin merasa disayang, diperhatikan, dimanjakan. Ia rindu saat - saat itu, saat hanya ada dia sendiri saja, saat ia hanya menjadi yang satu - satunya. Saat belum ada bayi - bayi kecil itu. Ia rindu saat bunda mengangkat tubuhnya ke atas, membumbungkannya sambil bercerita dan bercanda. Ia masih mengingat wajah bahagia bunda yang masih amat muda kala itu,. Bunda terlihat manis cantik juga bahagia sekali memiliki dirinya.
Tapi sayangnya Daisy hanya bisa mengangankannya saja, keinginan itu. Kejadian yang terjadi belum lama ini saat bunda mengandung bayi yang berikutnya masih membekas diingatannya.
Daisy masih ingat betul kejadian itu, sore itu di halaman depan rumah bunda, hanya ada ia dan bunda saja, berdua. Di atas kursi panjang berwarna putih mereka duduk di atasnya. Daisy rindu pelukan bunda,ia begitu menginginkan. Ia pun ingin dimanja dan diusap - usap rambutnya.. Lalu, tanpa berfikir panjang, ia pun langsung saja menuju ke pangkuan bunda yang kebetulan ada disebelahnya.
Daisy berfikir, minta dipangku atau dipangku bunda adalah hal yang dapat diterima untuk merasa disayang. Ia juga ingin bisa dipeluk atau diangkat - angkat lagi seperti dulu, tapi ia mengira bahwa itu tidak mungkin. Ya, tidak mungkin, kondisi perut bunda sedang membuncit sekali, adik bayi yang bersemayam didalamnya sepertinya berkembang dengan cepat, sehat juga kuat.
Baru saja Daisy ingin mencoba pangkuan yang terasa hangat baginya itu, ia terhentak, kaget luar biasa, yang bisa dia lakukan hanya terdiam, menunduk sedih. Ingin sekali rasanya ia langsung meledak dan menangis, Tapi kemudian ia berfikir untuk apa dan tidak ada gunanya ia melakukan itu. Ia juga tahu bahwa bunda tidak akan suka itu, jadi ia menahannya.
Hanya ingin dipangku sebentar saja ia harus tersentak, ia harus menerima bentakan itu. Bentakan yang sama sekali tidak pernah diduganya, "Daisy! apa yang kamu lakukan? minggir sana... Bunda sedikit mendorong tubuh Daisy ke depan, "Jangan duduk di pangkuan bunda, kasihan adik bayinya nanti bisa terhimpit. Sudah kamu duduk sendiri saja. Tidak usah dipangku - pangku!"
"Tam, tapi...tapi bunda, aku ingin sebentar saja dipangku. Aku juga ingin merasa sedikit saja disayang, dimanja, diperhatikan, dipedulikan, tidak dibedakan," Daisy hanya bisa merintih dan meringis serta berbicara didalam hati saja. Ia hanya menangis diam - diam. Pelan - pelan.
Sejak itu, ia tidak pernah lagi minta dipangku. Ia juga belum pernah lagi merasakan pelukan, usapan juga kata - kata hangat penuh cinta dan kasih sayang.
Setelah saat itu pula Daisy menjadi diam, hanya diam dan semakin diam. Ia menjadi anak pendiam.
Tidak ada lagi Daisy yang sebelumnya sempat menjadi anak yang begitu ceria, bahagia dan banyak berceloteh. Tidak ada lagi itu semua. Raib.
Daisy berubah menjadi pemurung. Senang sendirian, juga tidak mau berekspresi lagi, enggan mengutarakan ini dan itu. Tidak lagi mau banyak berbicara.
Bahkan, ia pun sampai tidak bisa menangis lagi.
Ia sampai bingung, bagaimanakah cara menangis itu?
@kubbu_bpj @annline
#KUBBU30HMC #writingchallenge #day10
#tantanganmenulis #30harimenuliscerita

0 Komentar