Cerita Anabul (Part 1)


Grace Lucky Greyi -MiungChi-

Anak Kucing yang Sebatang Kara

 

 


            Dari judul tulisan kali ini tentunya sudah bisa ditebak isinya, yang jelas tidak seperti topik yang biasanya aku ceritakan. Tidak akan ada kaitannya dengan dunia peryogaan yang beberapa kali telah menghiasi tulisan yang ada di blog ini.

 

            Singkat cerita mengenai dunia yogaku, masih tetap berjalan via zoom, sesekali via IG serta acapkali pula praktek sendiri saja. Bergerak tipis – tipis dan sederhana saja, sebab jika tidak bergerak atau tidak olahraga sama sekali badan rasanya malah ‘rentek’, pegel linu, nggak enak, yang pastinya juga jadi nggak nyaman.

 

Kembali lagi tentang toipk yang akan aku ceritakan, mengapa anabul yang kini diangkat menjadi topiknya? Karena ada ceritanya, ada sesuatu yang ingin dibagi yang mungkin nantinya dapat bermanfaat untuk para pecinta hewan, dan juga aku ingin menuliskannya menjadi sebuah cerita meskipun sederhana dan apa adanya.

 

Cerita Anabul…

Bermula dari…

Flashback sedikit, memiliki seekor anabul (anak bulu) yang identik dengan imut dan manjanya tak pernah terbersit sama sekali sebelumnya dibenakku, meski anabul yang satu itu adalah binatang peliharaan kesayangan Baginda Nabi.

Dahulu sekali, saat duduk di bangku SMP, aku memang pernah memiliki hewan peliharaan yang berbulu lembut, kelinci. Namun hanya sebentar saja karena hewan menggemaskan itu begitu cepat pergi untuk selamanya setelah telinganya digigit oleh seekor kucing yang lebih dewasa darinya dengan ukuran tubuh yang tentu lebih besar dari si kelinci.

Kejadian itu membuat si aku yang masih berusia tanggung itu sedih, momen kehilangan itu begitu membekas di dalam hati hingga keinginan untuk memiliki dan memelihara hewan berbulu yang lucu itu nyaris menguap dan semakin terlupakan.

Bertahun – tahun lamanya, benar saja rasanya aku sudah hampir melupakan rasa tertariknya memelihara hewan peliharaan, mengalihkan rasa sukanya kepada pilihan untuk memelihara dan merawat tanaman (flora), mulai dari yang berbunga, berbuah hingga pepohonan saja.

 

Hingga suatu momen…

Sebuah titik membuatnya kembali memiliki sepasang kelinci. Namun sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama, sepasang kelinci yang diberi nama Cheri dan Bella begitu cepat berpulang. Lagi – lagi kisah lama terulang lagi.

Kepergian Cheri kemungkinan besar dikarenakan cuaca yang kurang tepat serta kurang bersahabat pada saat kedatangannya. Kedinginan dan sedikit kehujanan di jalan diduga menjadi penyebab utamanya. Mereka berdua dikirimkan seseorang sebagai sebuah kejutan melalui sebuah ekspedisi pengiriman, dengan tujuan menggantikan keinginan untuk mengadopsi seekor anak anabul yang suka menggonggong. Seekor anabul yang seperti terbuang dan tersingkirkan oleh pemiliknya sendiri.


Rasa iba yang merajai membuat hati menjadi tergerak saat mendapati anabul yang dipelihara di atas atap rumah seorang tetangga sebelah rumah jatuh tepat ke halaman belakang rumah. Tatapan mata memelas dan meminta disayangi setelah berjam – jam hingga hampir seharian dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, sungguh membuat hati menjadi trenyuh. Anabul yang terus menggonggong itu merasakan ketakutan, kesedihan, kesepian, kelaparan, kehausan hingga kedinginan karena terpaan air hujan yang turun sejak sore hingga menjelang malam hati tanpa terputus.

Ingin rasanya dapat melindungi dan menyayangi anabul tersebut, apalagi saat anabul yang kemudian sudah semakin lulut atau tnduk dan patuh saat dipanggil dan diberi instruksi setelah diberi makan dan minum. Namun sayang, berbagai kondisi tidak memungkinkan si aku untuk merawat anabul yang sering menggonggong itu, hingga didatangkanlah sepasang kelinci oleh seseorang untuk menggantikan posisinya, harapannya untuk melupakan.


 ***


Pada malam hari, setelah diberikan kehangatan dan kenyamanan pada tempat tinggalnya, dengan handuk juga lampu serta tidak lupa air minum, Cheri tidak dapat tertolong, ia meregang nyawanya. Aku ikut mendengar dan menyaksikan proses peregangan nyawa tepat di depan mataku. Bella yang menjadi pasangannya selalu ada disampingnya, mendekap dan menjilatinya. Seolah tahu bahwa ia akan hidup dan melangkah sendiri saja tanpa Cheri disisinya. Bella seperti memeluk dan mendusel Cheri yang sudah mulai membujur kaku, meski tubuhnya masih terasa ada kehangatan, belum sepenuhnya dingin.

Cheri segera dikuburkan keesokan paginya. Dua batang bunga kenikir kuning menghiasi pusaranya.


Bella yang kini hanya tinggal seorang diri berusaha tegar menjalani harinya. Untuk membuatnya bahagia, Bella dibiarkan bermain dan berlarian di halaman belakang dimana rerumputan liar terhampar, tentunya dengan pengawasan.


Selang beberapa hari kemudian, tanda tidak biasa hadir. Bella buang air lebih sering dengan kondisi cair, tidak padat.

Bella masih nampak aktif dan lincah, suara gebrakannya saat bangun di pagi hari dengan menabrak pintu kandang masih terdengar.

Hingga tepat keesokan harinya, suara itu tidak lagi terdengar. Bella terlihat sedang tertidur, tidak biasanya dia seperti itu, hati kecil berusaha kuat menampik rasa negatif yang mengalir tapi sulit. Hingga logika yang kemudian bersuara untuk meyakinkan bahwa Bella hanya sedang tertidur saja dan nanti akan kembali terbangun.

Dan ternyata dugaan hati kecillah yang kemudian memang benar, Bella tidak lagi mau bergerak, tubuhnya mulai kaku, tidak ada hembusan nafas yang terasa dari kedua lubang hidungnya. Namun, wajahnya masih terlihat tetap cantik seperti tersenyum hingga saat ia dikuburkan.

Patah hati luar biasa rasanya..hiks. Sedih, isak tangis dan bulir bening mengalir begitu saja saat menguburkan Bella di halaman belakang rumah.

Terulang kedua kalinya.

 

Beberapa hari kemudian, seorang anak usia Sekolah Dasar yang menjadi murid dan belajar privat di rumah datang. Ia menanyakan perihal kelinci berbulu putih yang sudah tidak ada lagi di kandangnya.

“Bella mana miss..” tanyanya, rupanya ia memperhatikan serta sudah sempat menyukai dan menyayangi hewan kecil imut itu.

Aku ceritakan padanya perihal Bella. Anak itu terperanjat dan tidak ingin mempercayainya hingga ia ingin diyakinkan sebab ia merasa kemarin baru saja bermain bersama Bella dan ia masih baik – baik saja, lalu aku tunjukkan video penguburan Bella. Ia percaya sepenuhnya, dan lalu ikut bersedih. Tatapannya terlihat berduka entah untuk Bella atau untuk aku.

“Kasihan, miss..” lirihnya kemudian.

 

Pada pertemuan pembelajaran yang berikutnya, sang anak yang aku duga adalah penyayang hewan yang sejati itu membawa hewan peliharaannya, seekor kucing berbulu orange yang ia beri nama Oyen. Oyen tipe kucing anteng dan penurut, ia cukup kondusif, sehingga sama sekali tidak mengganggu jalannya pelajaran di beberapa kali pertemuan.



Aku ikut membelai dan mengelus Oyen. Si kucing Oyen itu nyaman di area rumah dimana pembelajaran berlangsung. Ia akan menunggu dengan cukup setia hingga pelajaran hampir berakhir.

Sampai di suatu hari, sang anak berceletuk..

“Aku mau ngasih Miss Anni seekor kucing kecil yang berbulu agak gelap.” Katanya dengan mantap.

“Mengapa?” tanyaku. Sebab terus terang, aku belum ada niatan untuk memiliki hewan peliharaan lagi. Rasa sedih karena kehilangan membekas di hatiku, dan rasanya memang kurang nyaman.

“Biar Miss Anni ada temannya.” Ia menjawab spontan. “Kasihan juga. Miss Anni punya kandang hewan tapi kosong alias nggak ada hewan peliharaan di dalamnya.”

Aku tersenyum mendengarnya sambil berkata, “Tidak apa-apa. Kandangnya bisa dilipat lagi dan disimpan saja.”

Anak itu ikut tersenyum tipis.

Di beberapa pertemuan berikutnya, sang anak tidak lagi membawa kucing orangenya. Juga tidak membawa seekor anak kucing yang ia katakan akan diberikannya padaku. Saat sesi bercerita, aku minta ia menceritakan perihal kucingnya juga menanyakan anak kucing yang rencananya akan dihibahkan sesegera mungkin. Jawaban yang terlontar mengesankan ketidakjelasan juga kebingungan. Jadi, kuanggap, mungkin hanya ucapan sambil lalu yang diucapkan seorang anak kecil begitu saja, dengan maksud ingin menghiburku yang saat itu sedang bersedih.

Aku pun memakluminya, dan menilai bahwa sang anak memiliki maksud baik untuk menghiburku.

Hingga tiba – tiba..

Jauh setelah pembelajaran usai, saat aku sedang menyapu daun – daun mangga kering yang berguguran di depan rumah, sang anak berteriak, lalu berlari tergopoh – gopoh ke arahku…

“Miss Anni!’ teriaknya.

Aku menoleh dan menghentikan aktivitasku sesaat. Kulihat tangan kanannya mendekap sesuatu dengan cukup erat sesuatu yang menempel di pundak kirinya.

“Ini untuk Miss Anni..” serunya, sambil menyerahkan seekor anak kucing berbulu abu dengan garis hitam di sepanjang punggungnya, ku perkirakan usianya baru sekitar dua bulan lebih sedikit. Anak kucing bertubuh mungil itu nampak ketakutan, ia berusaha keras untuk tidak terlepas dari pundak sang anak tempatnya berpijak dimana ia mencoba mencengkram kuat dengan cakarnya.

Sang anak melepas paksa cengkraman sang anak kucing dengan tidak kalah kuatnya hingga terlepaslah ia dan dapat berpindah tangan kepadaku.

Kaget dan tidak menyangka. Rasanya jadi seperti sebuah kejutan. Sang anak berkata benar, ia menepati ucapannya.

“Kenapa kucingnya kamu kasih untuk aku?” tanyaku, pertanyaan yang hampir senada dengan pertanyaan yang pernah aku lontarkan saat sang anak mengemukakan rencananya.

“Bagaimana bila begini dan begitu?” rasanya banyak pertanyaan tiba – tiba yang berhamburan di kepalaku. Sebab kuingat pula, bahwa aku sesekali masih perlu juga melakukan perjalanan yang cukup jauh dengan rentang waktu yang tidak terlalu sebentar juga.

Sang anak menjawab sekenanya, dan berujar spontan bahwa sejak si kucing kecil diberikannya ke pelukannku, maka itu menjadi urusanku. Jawaban jujurnya sebagai seorang anak kecil, bahwa ia kurang mau menerima kucing yang sudah diberikannya padaku itu. Sebab katanya, ia sudah memiliki lima ekor bayi kucing kecil lainnya di rumah.  

Dan seperti tanpa beban setelah mengatakan hal itu, ia pun pergi melenggang setelah berpamitan padaku bahwa ia hendak bermain bersama teman - temannya yang lain.

Jrenggg..

Kucing kecil yang terlihat sedikit sedih dan ketakutan itu ditinggal sendirian begitu saja bersamaku. Tidak ada pesan atau peninggalan apapun huehuehue..





Bukan apa – apa, masalahnya aku belum ada gambaran sama sekali mengenai merawat dan memelihara kucing kecil. Belum ada pengalaman sama sekali meskipun hanya secuil saja. Jadi, seperti blank rasanya. Harus banyak dan cepat belajar banyak haltentang dunia perkucingan.

Aku usap dan belai kucing kecil itu, dia tidak memberontak. Dia juga sudah mau langsung berjalan dan sedikit berlarian di halaman depan rumah yang tidak terlalu luas.

Tatapan matanya…


Ahhhhh…

 

Masih banyak kata lagi yang ingin kusampaikan tentangnya… 

 


Posting Komentar

24 Komentar

  1. Dokter hewan bilang, kucing itu psikologinya hampir mirip manusia atau setengah manusia.. kadang gw perhatiin mgkn bener juga, krn tiap kucing pny kepribadian yg khas kyk manusia.. tp yg bikin gw suka kucing krn bentukannya yg lucu dan kelakuannya yg juga 'lucu' (dalam tanda kutip) alias suka koplak..kwkw..
    Nice post!

    BalasHapus
  2. Selamat untuk anabul barunya mbak anni.
    Kehilangan anabul yang sudah lama dirawat rasanya emang berat. Ga mudah, apalagi tiba-tiba digantikan dengan anabul yang lainnya. Yang terpenting masih punya rasa menyayangi anabul-anabul lainnya.

    Ditunggu cerita anabul lainnya :D

    BalasHapus
  3. Aku sendiri sebenarnya tidak memilih binatang peliharaan, tapi entah bagaimana kucing banyak yang datang. Seakan mereka ingin jadi temanku, sampai hasilnya keluargaku dari adik sampai ipar memelihara kucing semua.

    BalasHapus
  4. Kelinci itu kayaknya musuhnya kucing ya. Kelinci temanku pernah dimakan sama kucing. Aku bahkan lihat langsung. Seram. Btw, anak kecilnya agak random ya hehe Selamat kak udah punya majikan baru. Siap-siap repot tapi menyenangkan. hehe

    BalasHapus
  5. Anabul tuh lucu2, gemesin. Kalau sdh memasuki 5 bulan.gemoy bgt. Pengenn unyel2. Seru bgt memelihara anabul. Aku pun belajar byk dr anabul2 tersebut.

    BalasHapus
  6. Anabul tuh lucu banget. Tapi aku cuma berani ngelihat doang. Takut sama anabul 😂

    BalasHapus
  7. Kenapa kelinci cepat sekali mati ya, kelinci keponakanku juga bolak balik mati sampai rasanya ngga tega ketika mereka minta kelinci lagi buat jadi hewan peliharaan. Khawatir mati


    Btw itu muridnya cute banget sih, ngasih kucing buat peliharaan. Gemes banget anak kecil bisa punya pikiran begitu hehehehe

    BalasHapus
  8. Semoga kali ini anabul nya sehat2 sampai dia besar ya kak

    BalasHapus
  9. Ah lucu bingits kucingnya. dikasih nama siapa ?

    BalasHapus
  10. jujurly, gue tuh bukan tipe pemeilhara binatang, tidak benci tapi ngga mau miara aja, ga tahan repotnya hahahahhaha. suka salut sama mereka yang bisa memberikan waktu, kasih sayang, dan materinya sama binatang peliharaan

    BalasHapus
  11. Sehat2 ya anabulnya. Akhirnya ada piaraan baru lagi. Hehhe

    BalasHapus
  12. Datang dan perginya setiap anabul jadi suatu cerita yang berkesan ya Kak. Rasa sayang, sedih atas !kehilangan serta kebersamaan seperti dinamika kehidupan kita.... Hemmm.... Semoga anabul cute yang menemani Kak Ani saat ini, sehat-sehat ya

    BalasHapus
  13. Pas kecil aku juga punya kelinci tapi mati juga, kenapa ya kelinci kalau dipelihara sering banget mati daripada bertahan hidup

    Btw lucu amat foto² anabulnya

    BalasHapus
  14. Aku selalu berpendapat bahwa siapapun yg bisa merawat hewan, benar-benar memiliki hati yg super penyayang. Si anabul yg menggemaskan, si oyen yg penurut. Terlihat hewan prliharaan ini bisa menjadi pelipur lara ya

    BalasHapus
  15. Katanya... Kucing kalau sudah rebahan dan kasih perutnya untuk dielus, berarti sudah percaya banget dia

    BalasHapus
  16. Akhir2 ini aku juga lagi sering kedatangan pus di kosan kaak. Kadang aku pulang kerja dia tiduran depan pintu. Terus ndusel2. Nanti kalo misal aku buka pintu dan dia nggak ada nggak lama dia lari kenceng banget. Terus main2 lagi depan pintu. Tapi aku takut peliharanya. Jadi paling aku kasih makan aja tiap hari

    BalasHapus
  17. Ga usah kehilangan kak, aku terpaksa naro kucingku di luar aja udh nyess rasanya. Tapi mau gimana, kasian bayi ku kalo kucing2ku juga di dalam rumah.

    BalasHapus
  18. Sebelumnya, selamat yah mbak Annie, sudah menemukan anabul baru yg jadi pujaan hati
    Kalau memilih, aku lebih suka kelinci. Karena dulu waktu kecil aku punya banyak kelinci peliharaan. Aku takut sama kucing, tp entah kenapa selalu disamperin kucing...hahahhaaaa

    BalasHapus
  19. Anabul nya lucu banget Mba Ann, dalam dunia kucing kalo Tuan nya sehat dan lucu itu artinya babu nya Care, dan sangat sayang.

    BalasHapus
  20. Ya Allah sungguh, aku baru tau kalau anabul adalah anak bulu wkwkkwkw, aku kira anabul tuh jenis/varian kucingnya loh. Tapi emang ya, menyayangi hewan peliharaan juga adalah ibadah, dan jadi pahala juga

    BalasHapus
  21. Kukira anabel eh anabul hehe semoga kali ni anabul peliharaannya bisa nemenin ani terussss aamiin

    BalasHapus
  22. Chery dan Bella pasti udah lompat-lompat di surga kak. Aku ngerti gimana rasanya kehilangan, orang waktu Alex kakinya kejepit kaki tempat tidur aja sampe panik.

    BalasHapus
  23. Semoga kucing barunya sehat selalu & panjang umur ya kak. Jadi bisa nemenin lama, aku juga pecinta kucing dan udah beberapa kali juga kehilangan kucing. Rasanya nyesek, dan nggak mau pelihara kucing dulu. Eh, tapi malah ada yang ngasih lagi, karena tatapan anak kucing itu yang ngegemesin, akhirnya aku terima juga, hehe

    BalasHapus
  24. Kelinci itu memang gampang sekali stress, hingga akhirnya mati :(. Aku sbnrnya sukaa bgt dengan klinci mba, tapi Krn perawatannya butuh lebih drpd kucing, sementara aku ga bisa janji utk KSH perhatian trus2an, jadinya ga dulu deh, dan beralih ke kucing 😄.

    Kucing itu lucu kok, dan dia LBH kuat drpd klinci, dari segi ketahanan tubuhnya Yaa. Juga ga nuntut perhatian banyak 😁. Ini pasti lucuuuu kalo udah gedean mba. Miriiip bgt Ama maxy kucingnya suami yg dulu. Ntr di steril juga mba, biar makin besar badannya , dan bulu makin kinclong 😘

    BalasHapus