Flash Fiction based on True Sory

Flash Fiction base on True Story 

Annline




             Hari ini adalah hari ke-25 dari tantangan menulis 30 Hari Menulis Cerita. Tidak terasa tinggal 5 hari lagi! Wow..kamu sudah sampai mana, sudah bagaimana, apa yang sudah kamu pelajari wahai diriku sendiri?

            Dan, tema hari ini adalah menulis tentang kisah nyata. KIsah yang depat berisi tentang cerita sedih, menyenangkan, menakutkan, seram, lucu dan seru atau apapun itu yang dapat diceritakan.

            Berhubung aku kalau bercerita melalui tulisan biasanya akan panjang kali lebar, maka aku memutuskan bahwa hari ini aku akan menulis Flash Fiction, apa itu Flash Fiction? Flash Fiction adalah...Yay! aku akan mencoba untuk menulis cerita Flash Fiction base on True Story saja. Aku mencoba menulis singkat - singkat dan padat, semoga bisa ya. Dan semoga bisa dibawakan dengan santai dan menyenangkan, serta ada manfaatnya. Cerita ini akan berisi tentang pengalaman pribadi maupun orang lain yang dikemas dalam bentuk cerita fiksi

             Adapun tokoh yang akan menuturkan juga menjadi sorotan adalah Ulin dan Nana.

            Berikut beberapa cerita Flash Fiction milik mereka!  Selamat mengikuti dan semoga terhibur ya...hahaha

 

Aku tuh sebenarnya suka sama anjing, tapi..

        Siapa disini yang suka anjing juga seperti Ulin? kamu setuju nggak sih kalau anjing tuh binatang peliharaan yang paling setia dan juga pintar? bisa melindungi dan menjaga, bisa disayang serta menyayangi pula, bisa jadi penjaga banget deh pokoknya. Lagipula siapa sih yang nggak suka dijagain juga disetiain? eaaaaaa...hahaha

        Lah terus kenapa kamu nggak pelihara anjing, Ulin? nah, jadi itu terjadi karena dua alasan. Pertama, sebagai seorang muslim Ulin tidak diperbolehkan memelihara anjing, padahal waktu di Kintamani Ulin sempat jatuh hati pada seekor anak anjing lucu imut, harganya murah sekali dijualnya 75K saja, dan dia ingat pula bahwa adik laki - lakinya juga suka dan sangat ingin memiliki anjing, namun untuk kepatuhan juga ketundukan, ya apa boleh buat tetap tidak bisa. 

            Alasan yang kedua ini sungguh membuat Ulin jadi trauma dengan binatang yang satu itu. Pasalnya, tidak ada angin tidak ada hujan, entah Ulin bermimpi apa pula semalam, tiba - tiba saja tanpa peringatan sebelumnya, saat Ulin sedang berjalan masuk ke dalam sebuah perumahan, ada sebuah rumah dengan pagar terbuka yang dilewatinya, entah rasanya seperti mendapat serangan yang begitu brutal yang entah pula karena apa (kemudian diketahui karena anjingnya stress, kurang jalan - jalan, kelamaan dibelenggu), seekor anjing jantan berlari secepat kilat kearahnya seperti kerasukan, dan tanpa Ulin melakukan apa - apa, anjing itu menggigit paha bagian atas Ulin. Begitu dalam, tak terperi rasa sakit yang Ulin rasakan. Meninggalkan bekas gigi yang menancap, berbentuk dua gigi taring, seperti bentuk patukan ular dengan ukuran yang besar. Memar, lebam, bengkak. Memerah, membiru hingga menghijaulah kemudian paha atas Ulin. Ulin pun segera dilarikan  ke  RS Tarakan.


Nana heran kenapa di Bali anjing - anjingnya bisa pada santuy?

        Itu adalah hal yang Nana alami dan rasakan sewaktu ia menjejakkan kakinya di Pulau Dewata lima belas tahun yang lalu, haha..sudah cukup lama juga ya. Nana bekerja dan tinggal di Denpasar, setiap harinya ia senang berjalan menyusuri perumahan pinggir jalan menuju kantornya.

        Sudah menjadi tradisi dan ritual umat Hindu setiap pagi maupun sorenya untuk membuat canang, membakar dupa, dan meletakkan beberapa sesajian (seperti biskuit, atau roti, sedikit permen, telur rebus, buah, kopi). Sesajian itu ada yang diletakkan di dalam Pura - Pura kecil yang biasanya ada di rumah yang ukurannya cukup besar, atau digeletakkan begitu saja di pinggir - pinggir jalanan bersama canang juga dupa.

            Nana akan menghirup dalam - dalam aroma wangi dupa yang semerbak menyeruak di sekitarnya. Nana suka aroma dupa khas Bali, ia menikmatinya sembari berjalan. Di kanan kiri jalan, anjing - anjing juga sudah mulai bergeliat, mereka juga mungkin akan memulai harinya, dengan santai dan datar di pagi hari biasanya mereka akan mengendus lalu mengunyah sesajian yang terhampar begitu saja di pinggir jalan. Biasanya mereka akan mengincar biskuit dan sesekali menyeruput kopi sebagai sarapan pagi bagi mereka.

            Nana melewati anjing - anjing tanpa pernah digonggong sekalipun, diikuti saja tidak pernah apalagi dikejar. Begitu pula bila Nana singgah  di sebuah warung atau pun tempat makan , ia akan dapati anjing - anjing santai yang hobinya rebahan maupun leyeh - leyeh manja. Mereka terkesan tidak suka mencari perhatian orang, malah mereka justru terlihat senang memperhatikan dan menatap orang, lah  kayak  kucing ya jadinya haha. Pun apabila mereka diikat atau dipingit oleh sang pemilik di dalam rumah, mereka cenderung akan kalem, sama sekali tidak mau agresif. 

            Seingat Nana, selama berbulan - bulan ia bekerja dan tinggal di Bali, hanya sekali saja ia pernah diikuti seekor anjing saat sedang mencari celana pendek di Pasar Sukowati, mungkin mau ikut berbelanja juga ya si guk - guk. Sempat dibuat deg - degan juga Nana oleh si guk - guk, tapi semuanya dapat teratasi dengan cukup mudah. Nana tinggal duduk, pura - pura mau duduk saja, meski benar - benar duduk pula di kursi kayu coklat panjang, si anjing pun kemudian melenggang melewati Nana, tanpa menoleh dan mengikuti lagi. Santuy!  


Ketika respect to each other itu sudah menguap

            Apa jadinya bila dalam kehidupan bertetangga rasa menghargai dan menghormati itu sudah tercerabut?


Tiba-tiba pas lagi ngetik mati lampu...



@kubbu_bpj @annline

#KUBBU30HMC  #writingchallenge #day24

#tantanganmenulis #30harimenuliscerita #kisahnyata


Posting Komentar

0 Komentar