Lin - Lin
Annline
Siapa bilang bahwa cinta pertama itu akan mendarat saat diri masih belia? masih usia belasan? Ya, itu mungkin tetap saja bisa terjadi, toh tidak ada yang tidak mungkin bukan dalam hidup ini? apa saja bisa terjadi dalam hidup ini. Tanpa kita sadari, tanpa kita inginkan, bahkan tanpa kita ekspektasikan sebelumnya. Setidaknya begitulan yang tejadi padanya, serta nyatanya pula tidak pernah ada yang kan menyangka kapan datangnya, kapan pergi maupun berakhirnya (sementara, seterusnya dan selamanya) atau bagaimanakah, setidaknya bagi Lin - Lin. Dan cerita itu pun bermula dari sebuah pertemuan di sebuah tempat yang tertutup.
***
Kotak besi pengangkut yang tidak terlalu luas itu masih cukup lengang. Hap. Laura melompat keluar. Wajahnya berseri, perutnya sudah cukup terisi, cukup membuat suara - suara terlelap untuk sesaat. Ia berjalan melenggang. Tap...tap...tap...sepatu pantopelnya berdetap.
Aroma semerbak dari irisan - irisan pinus menguar segar disekitarnya. Laura memejamkan matanya sesaat, Menghirup aroma itu dalam - dalam, menghantarkannya ke dalam paru - parunya. Senyum manis bahagia tersungging di wajahnya. Lenggangan kakinya membawa dirinya melewati berderet - deret aksara yang terbungkus rapi dalam jilidan modern. Aroma segar pinus yang masih terus melingkupinya, sesekali berganti pula dengan aroma cemara juga albasia. Lalu pinus lagi. ahhhLaura senang rasanya dan nyamn sekali. Ia ingin segera berlari - larian sambil membentangkan tangan ke samping juga lurus ke atas. Luasnya hamparan ruangan di depan dan sekitarnya sungguh sebuah godaan indah, ia membayangkannya sambil terkikik sendiri, ditambah hangatnya lantai kayu, menambah sebuah kesempurnaan.
Ia lega dan siap menjalankan tugas hari itu dengan hati yang gembira. Ternyata begini ya rasanya menjadi Freya hehehe, tidak buruk juga kok hehehe....
***
Adalah Fre, sosok pria jangkung berkulit putih pucat dengan warna rambut dan bola mata hitam pekat. Laki - laki yang akan terus mengawasi dan memperhatikan Laura.
Fre - menggelangkan kepalanya.dan akan menahan menafas, saat gadis berperawakan mungil dengan wajah innocent itu melintas di hadapannya tergopoh -gopoh, berlari, mengejar waktu, deperti pelari sprint dengan binar - binar di bola matanya, pipinya merona merah.
"Hei, Fre!" sapanya hangat.
"Laura..." jawabnya dengan pekik yang tertahan, mencoba menahan suara. Fre mengusap dada dan lalu kembali menggeleng - geleng.
Saat sedang berdua..
"Lau, mana sini karu absen kamu, biar ku yang pegang. Aku tuh tidak tenang melihat kamu yang lari - larian begitu. Dadaku yang berdegub. Jantungku yang rasanya mau copot."
Hah. Laura malah melongo dan bertanya.
"Aku tuh nggak mau kehilangan kamu Lau." Fre melanjutkan
Loh kok bisa? kenapa? apa hubungannya? Laura jadi bertanya - tanya. Huh. Laura merasa jadi disuruh memutar otaknya. Dia tidak suka itu sebenarnya, karena dia sedang sibuk! benar - benar sibuk, banyak kerjaan, banyak yang harus difikirkan. Ia tidak hanya bekerja Part Time di tempat itu, tapi diminta Full Time pula oleh asisten manajer yang terpukau pada cara berfikirnya yang 'ajaib'. Dia itu juga sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsinya. Dia masih harus bolak - balik ke kampus, ke tempat penelitiannya hingga bertemu dosen pembimbing. Belum lagi sebagai mahasiswi di fakultas Sains Terapan, ia harus melewati tiga tahapan sidang. Dimulai dari sidang proposal, Sidang Terbuka dan akhirnya Sidang Tertutup.
***
Tapi sungguh hebat dan menarik Fre itu kemudian, Dia mampu mengalihkan dunia Laura dengan cara pendekatannya yang super duper kreatif gila tapi juga seru. Dimulai dari cara umum yang biasanya dilakukan sebagian besar cowok, perhatian konsisten setiap harinya, melalui pesan. Pesan itu gencar dikirimkan mulai dari membuka mata di pagi hari (baru bangun, ucapan pagi hari) hingga saat istirahat malam (ucapan malam hari). Setiap hari. Setiap saat. Setiap waktu. akan selalu ada saja perhatian juga kejutan. Konsisten. Persisten. Disiplin. Selalu ada saat dibutuhkan pun di saat - saat senang maupun sulit. Ibarat batu yang diberi air terus menerus, pada akhirnya akan bolong juga. Bolonglah juga kemudian batu hati Laura itu hahaha..tapi memang dasar anaknyanya yang kurang peka pula, sampai ada pesan "Aishiteru" dan tatapan tajam mendalam masih belum begitu ngeh juga, bila tidak ditepuk oleh teman - teman mereka berdua yang menyadari bahwa ada sesuatu diantara mereka. Mereka bisa mengendus itu dengan jelas dari kelakuan Fre.
Salah satu yang menarik pula dari itu semua adalah, tentang kreatifitas dan berbedanya Fre. Layaknya agen FBI, Fre mampu mengetahui semua seluk - beluk Laura tanpa ia bertanya sedikit pun pada gadis berlesung pipit itu. Ya, Fre, hampir mengetahui semua hal tentang Laura hingga hal - hal sederhana seperti apa warna dan makanan kesukaan. Sampai yang berkesan seperti tanggal lahir dan hobi, serta asal - usul latar belakang dan juga pendidikan juga ditelisiknya.
Lucunya juga Fre bertindak tanduk seperti dektif pula. Detektif andal yang tidak seperti abal - abal, karena dia seringkali pula kasat mata. Lalu, terkadang tiba - tiba setelah itu Fre menelepon Laura (Laura tidak pernah memberikan nomornya, Fre juga tidak memintanya, tapi tahu - tahu menghubunginya). Dalam perbincangan di telepon, Fre kemudian menceritakan apa yang dilihatnya. Setelah berbasa - basi tentang keadaan atau hari Laura. Fre bisa menggambarkan dengan jelas hasil pantauannya. Dimana ia mengetahui bahwa Laura bersama siapa sajakah sore itu, bahwa betapa bahagianya Laura yang tertawa lepas, bercanda riang ceria bersama beberapa teman perempuannya setelah makan hokben dan menyesap es krim. Pulang naik apa, bawa apa, Fre bisa tahu semuanya. Wah...wah di pohon yang manakah kira - kira Fre bersembunyi saat melakukan semua pengintaian itu ya? rasanya Laura melihat tidak ada pohon - pohon berdaun lebat yang nampak aneh saat itu, daun - daun hanya bergoyang normal karena tertiup angin saja.
***
"Hmmm, aku panggil kamu apa ya?" Fre bertanya pada Laura sambil mmencoba mencari jawabannya. Setelah pengintaian juga pengejaran selama kurang lebih tiga puluh hari (samapai ada judul film 30 hari mencari cinta, ada pula event 30 menulis cerita hehe), hati Fre sudah makin tertancap makin dalam untuk Laura.
"Apa ya nama panggilan kesayangan yang cocok untuk kamu?" Fre mengernyitkan dahinya, jelas ia tidak mau menggunakan anam panggilan yang umumnya digunakan, namin ia juga ingin yang sederhana saja. Jadi, ditatapnyalah kemudian wajah Lura lekat - lekat. Lamat - lamat.
"Ahh..serunya kemudian, "Aku akan memanggilmu Lin - Lin, nama kamu kan Laura Ulin. Dan Lin - Lin adalah nama panggilan kesayangan aku untuk kamu. Lin - Lin cocok untuk kamu karena wajah kamu itu terlihat oriental.
Fre menambahkan, "Kita mirip dan serupa. Fix, meski kamu bukanlah keturunan Cina toktok sepertiku."
Herannya, Laura mau dan setuju saja, juga senang dengan panggilan kesayangan dari Fre untuknya, Lin - Lin.
Laura jadi ingat pula suatu malam ketika Fre meneleponnya, Fre bertanya untuk memastikan, apakah Laura juga adalah keturuna Tionghoa seperti dirinya? Laura menjawab tidak juga, karena jelas darah Jawa mengalir ditubuhnya.
Entah mengapa Fre terdengar lega dan senang, meski mungkin ia berharap Laura pun berdarah Tionghoa seperti dirinya pasti ia akan bertambah senang. Fre bilang asalkan yang terpenting bahwa Laura bukan berasal dari seberang pulau yang terletak di senelah kiri Pulau Jawa, entah kenapa Fre menetapkan begitu..
***
"Aku ikut kamu aja Lin - Lin." kata Fre di tempat mereka biasa makan berdua. Fre menggenggam tangan Lin - Lin sambil sedikit merajuk, suaranya terdengar sedikit mengiba Fre memutuskan untuk mengalah, "Tapi kamu yang ajarin aku sholat ya Lin, aku maunya cuma sama kamu aja. Aku nggak mau sama sekali dengan yang lain."
***
"Jangan tinggalin aku Lin. Temenin aku Lin. Tetap disebelah aku terus ya Lin..."
"Asyahadu allailaaha illaallahhh..wa asyhadu - anna muhammadarrosuulullahhh..." Fre berhasil menyelesaikan kalimat itu dengan sedikit terbata. Abbu yang menjadi salah satu saksi meneteskan airmata keharuan. Takbir berkumandang. Menggelegar. Desir sejuk menerba hati dan menyelimuti keadaan.
Lin - Lin merasa menjadi perempuan yang paling beruntung sekali di dunia. Rasa cinta pada Fre menjadi merekah luar biasa. Rasa sayang seketika berubah menjadi cinta dengan begitu mudahnya seperti membalikkan telapak tangan.
Impian mereka berdua menjadi semakin jelas.
Menari - nari di pelupuk.
Dan lalu, mengapa kita menjadi begini Fre?
Kenapa Kita...
Bagaimana kemudian kita...
@kubbu_bpj @annline
#KUBBU30HMC #writingchallenge #day15
#tantanganmenulis #30harimenuliscerita #cintapertama
0 Komentar