Sahabat Ajaib

 


Annline

 

Menemukan sahabat sehati sejiwa tidaklah mudah. Dapat memilikinya adalah hal luar biasa yang istimewa. Dan, itu adalah hal yang tidak mustahil bila kita mengusahakannya dan berusaha mencarinya. Setiap orang dapat dan berhak menggenggamnya. Begitu juga dengan Kanaya, ia kemudian punya sahabat, ‘Sahabat Ajaib’, yang akan selalu dapat dipeluknya dengan hangat bersama senyuman.

 


                Kanaya mendekap benda segiempat itu dengan erat, tak ingin ia terpisahkan sedikitpun darinya. Dimana ada Kanaya maka benda dengan gambar timbul di depannya ada bersama dia. Sejak mendapatkan benda istimewanya minggu lalu, Kanaya seeolah memiliki dunianya sendiri. Disaat anak perempuan seusianya memilih bermain dengan teman sebaya ataupun memeluk boneka. Kanaya lebih memilih untuk berinteraksi dengan benda segiempat itu.

Hari-hari dilaluinya berdua saja. Pada sore hari, Kanaya membawanya ke belakang rumahnya, di bawah sebuah pohon berdaun lebar yang tumbuh dengan rindang, Kanaya mencurahkan pengalamannya pada benda tersebut. Ia akan bercerita dengan benda itu, berbincang-bincang akrab layaknya dengan seorang sahabat. Lalu, ia juga mengajak benda itu bermain bersamanya. Mulai dari petak umpet sampai tebak-tebakan.

Gambar seorang peri yang sedang tersenyum terdapat dibagian depan benda itu. Peri yang sedang memegang tongkat bintang dan sedang berputar seperti penari balet. Warna disekelilingnya dipenuhi gradasi lembut dan terang. Ungu, merah muda, emas, silver dan hijau mendominasi warnanya.  Di bagian dalamnya banyak terdapat gambar-gambar yang dapat dibuka dan ditutup. Bila sebuah gambar dibuka, maka alunan nada dan melodi dari dunia para peri akan mengalun dengan  indah. Kanaya merasa damai mendengarnya. Sebuah buku melodi yang membuat Kanaya ingin berada di dunia para peri.

Kanaya mendapatkan buku itu dari Ayahnya tersayang. Ia ingin selalu bermain dengan Ayahnya. Namun, pekerjaan membuat sang Ayah harus berpindah-pindah tempat dinas, dan belum dapat menetap di Kota Bunga, tempat dimana Kanaya tinggal. Kanaya merasa kesepian. Dan kehadiran buku itu sebagai hadiah dari ayahnya, adalah suatu hal terbaik yang pernah ada. Bagi Kanaya, buku itu adalah pelipur hati saat rindu pada Ayahnya.

“Buku peri, aku ingin dapat masuk ke dalam duniamu. Pastilah menyenangkan, bila aku dapat bermain bersamamu di taman yang dikelilingi bunga beraneka warna ini. Ajak aku…kamu tahu kan kalau aku kesepian…ajak aku…ajak aku…” ucap Kanaya untuk ketiga kalinya, hatinya berharap keinginannya dapat terkabul, pandangannya terus menatapi dua halaman terakhir dari buku itu. khayalannya melambung, Kanaya membayangkan seandainya ia benar-benar bisa berada disana. Pikirannya terus mengembara, hingga akhirnya rasa kantuk menyergap, ia pun terlelap di bawah pohon yang berdaun lebar.  

Semerbak lavender menyelimuti tempat Kanaya berdiri. Ia dan beberapa peri berbulu mata lentik dan bergaun cantik sedang bergandengan tangan, membuat sebuah lingkaran. Mereka berputar mengikuti irama lagu sambil bernyanyi. Kanaya hanyut dalam suasana dan hal yang sedang dilakukan oleh para peri pagi itu, seperti setiap pagi di hari-hari sebelumnya. Ia ikut tersenyum dan tertawa bersama delapan peri yang berwajah mungil serta bercahaya.

“Ayo, Kanaya kemari! Kita berputar lagi, kali ini kamu yang memimpin  senandungnya…!” pekik Peri Biru. Kanaya menyeret kakinya yang tak beralas  dengan berat.  Kepalanya terhuyung-huyung, sebab sudah dua hari ini ia hanya mengonsumsi buah-buahan yang tumbuh liar di sekitar taman.

“Mengapa kamu terlihat murung?” tanya Peri Kuning, saat melihat mata Kanaya yang mulai berkaca-kaca. “Kamu sedih dan tidak suka disini ya?” Peri Kuning menundukkan kepalanya ke arah Kanaya.

Kanaya menggeleng, lalu menatap Peri Kuning.

“Sebetulnya aku senang berada bersama kalian semua disini. Terimakasih telah menerimaku dengan baik. Aku beruntung bisa bermain bersama kalian. Tapi, aku juga ingin sekolah, bermain bersama teman, membaca buku, menonton TV juga berjalan-jalan. Tidak hanya berputar-putar sambil bernyanyi sepanjang waktu.” 

                “Bukankah, memang itu yang kamu harapkan? Bukankah dahulu kamu mengucapkan keinginan, bahwa kamu mau ada di tempat kami?” kali ini Peri Ungu yang bertanya.

                “Kamu beruntung karena kamu anak yang terpilih, tidak semua anak dapat mengalami pengalaman yang kamu alami. Sebab buku yang yang selalu bersama kamu itu, memiliki asal usul yang berbeda dengan buku yang lainnya. Ia berasal dari sebuah pohon ajaib yang tidak sengaja terbawa saat pohon biasa yang dijadikan bahan baku buku membuat buku bergambar yang serupa dengan yang kamu miliki. Siapa saja yang dapat memiliki buku yang berasal dari pohon ajaib itu, maka keinginannya dapat terkabul.”

“Apakah kamu yakin, kamu tidak ingin melanjutkan pengalamanmu bersama kami disini?” tanya Peri Kuning.

                “Ya aku yakin, aku mohon…aku ingin kembali pada kegiatanku sehari-hari, yang biasa-biasa saja.” Kanaya mulai meratap. “Aku akan mensyukuri kehidupanku, aku ingin bermain bersama teman-temanku di sekolah dan di rumah.”

                “Baiklah, bila itu sudah keputusanmu, Kanaya. Namun, ada satu syarat yang harus kamu jalankan.”

                “Apa itu?” tanya Kanaya penuh harap.

                “Kamu harus berjanji, bahwa kamu tidak akan menceritakan pengalamanmu ini pada siapapun juga.”

                “Aku berjanji.”

                “Kalau begitu, pejamkanlah kedua matamu, dan bersiaplah melakukan perjalanan kembali.” Peri Ungu mengayunkan tongkat bintangnya sambil mengucapkan mantra.

                Dalam sekejap, Kanaya sudah berada di halaman belakang, tepat di bawah pohon yang berdaun lebar. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu berlari menuju rumahnya.

                Sejak kejadian itu, Kanaya lebih banyak bermain bersama teman-temannya. Bila sesekali ia membaca buku bergambar itu lagi dan mengingat pengalamannya, maka ia akan tersenyum dan mendekap buku bergambar itu.     

 

 

#KUBBU30HMN

#30harimenuliscerita

#ProgramOnlineKubbu

#kubbunetwork

#kubbu_bpj

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar