Untuk Kamu


Annline


            Hei Kamu,

          Terus terang sebetulnya untuk saat ini aku merasa bingung juga tidak tahu apakah aku masih merasakan rasa rindu itu lagi untuk kamu atau tidak. Masihkah  rasa rindu itu ada? masih hinggap ataukah sudah mulai terkikis?


Rasa hatiku ingin menjerit, berteriak, lalu lantang bersuara...Yaaaaaaaa....

             Ya, iya aku masih rindu. Ya, aku rindu.

            Setidaknya itu memang benar adanya, untuk sekitar enam puluh hari yang lalu. Rasa rindu itu begitu kuat, begitu jelas dan nyata. Tidak gamang seperti saat ini.

            Aku pun heran mengapa saat ini rasanya rasa itu perlahan menjadi hambar. Mungkin apa karena ia sudah mulai tercerabut dengan sangat paksa. Disaat sedang ranum -ranumnya, sedang merekah sempurna. Saat rasanya sudah tidak bisa terbendung lagi.


        Kilas Balik...

            Tidak. Tapi tidak dan tapi juga bukan. Saat ini, ingatanku seperti diputar kembali ke masa dimana aku berada di enam puluh hari yang lalu, perhitungannya maju mundur, bisa lebih maupun kurang...

                Tidak. Aku tidak. 

                Aku tidak rindu padamu. Sungguh aku tidak rindu padamu sedikit pun, karena aku memang tidak rindu padamu.

                Ya, aku tidak rindu padamu, tapi sangat rindu. Aku rindu sekali padamu. Aku benar - benar rindu padamu. Merindukanmu. Aku ingin kau ada bersamaku, ada disisiku sekarang juga, saat ini juga. Aku juga ingin sekali bisa memelukmu, menyentuh wajahmu, menggenggam tanganmu. Setidaknya, aku berharap aku bisa menatapmu secara langsung, lekat - lekat memandangi bola mata itu, lalu tersenyum padamu. Lalu, kita berdua bisa saling tersenyum, tertawa lepas dan banyak berbincang - bincang tentang semuanya, tentang kita, dan hanya kita berdua. Hanya kita berdua saling berbincang sepanjang hari.


        Hei Kamu,

              Sekali lagi kukatakan kebenaran ini, aku tidak rindu padamu. Tapi, aku sangat rindu sekali padamu. Apakah kamu juga begitu? apakah kau juga masih merasakan hal yang sama yang seperti aku rasakan? atau jangan - jangan hanya aku saja...

Dimanakah kamu sekarang? sedang apakah kamu kini? baik - baik sajakah kamu...

            Apakah kamu menghitung sudah berapa purnama yang kita lewati? Dan kita masih saja terus terpisah. Aku disini. Kamu disana. Terpisah belasan ribu kilometer. Ruang dan waktu memisahkan kita begitu jauhnya, sungguh tidak menjadi masalah besar buat kita bukan? bukan itu masalahnya bukan..kita tahu dan kita mau suatu hari nanti kita berdua akan bertemu. Namun, bagaimana bila hati dan perasaan kita yang sedang terpisahkan? bukankah itu hal yang teramat berat? merasa begitu jauh...sangat jauh satu sama lain...kamu tahu itu sangat berat sekali, lebih berat dari jarak dan waktu yang memisahkan kita.

            KIta sudah terbiasa dengan itu bukan? dengan perbedaan waktu diantara kita. Kita tidak pernah mempermasalahkannya. Bahkan kita dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri degan baik tentang hal itu, tidak ada tuntutan, yang ada hanya pengertian. Perbedaan waktu yang berjalan lebih lambat hingga kemudian lebih cepat sudah kita alami setiap harinya, berminggu - minggu, berbulan - bulan, bahka sejak awal pertemuan kita. Aku bertanya - tanya, masihkah kamu memandang bintang - bintang di langit? adakah kamu menemukan sebuah bintang yang berpijar paling terang di atas sana? 


                Masihkah kamui ngat malam - malam sunyi yang kita habiskan hanya berdua saja? tentang canda tawa itu, tentang kamu yang ternyata bisa manja juga, kamu yang mulai membuka cangkang dirimu itu sedikit demi sedikit.

               Ternyata kamu itu lucu sekali. Aku masih ingat ceritamu, kamu yang mandi bersama seekor gajah setelah tidak ada lagi orang -  orang disekitarmu sungguh membuatku tergelak. Aku bertanya - tanya bila aku bisa ada disampingmu pada momen itu, aku pasti juga akan menertawakanmu habis - habisan hehehe...kelakuan kamu saat dekat denganku ternyata sungguh berbeda dengan penampilan luarmu yang gahar juga cadas hahaha...kamu yang super dingin dengan motor kamu yang super gede, kamu terlihat super keren dan kuat seperti Valentino Rossi, dengan perlengkapan berkendara motor yang super lengkap itu, disisi lain bisa super manja, maunya selalu dekat terus, maunya bisa bersama terus lama - lama,  lagi - lagi kamu membuatku tertawa terpingkal.

             Bersamaku, kamu tidak malu - malu lagi bahkan merasa nyaman untuk menunjukkan sisi diri kamu yang lain, kamu menampakkannya dengan jelas. Bahwa kamu juga bisa rapuh dan mau merajuk kadang - kadang untuk mendapatkan apa yang kamu mau. Caramu sungguh menggemaskan persis seperti cara yang dilakukan oleh hewan peliharaanmu yang berbulu lembut itu, yang sangat kamu sayangi, kamu rindukan saat kamu jauh darinya, lalu kamu cium dan peluk begitu hangatnya saar kalian berdua bertemu. Ahhhh....rasanya aku ingin menjelma menjadi hewan peliharaan yang sangat kamu sayangi itu, agar aku bisa selalu dekat dengan kamu setiap harinya, bisa merasakan dekapan hangat itu, dekapan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus, bisa tertawa dan menggoda juga mengusili kamu. Mendengar suara kamu secara langsung ditelingaku, merasakan tatapan mata itu pula.

           Dan kamu memang sudah lucu sejak dari awal kita saling mengenal, tapi aku sungguh baru tahu kini setelah bertahun - tahun, setelah beratus - ratus purnama. Aku masih takjub ternyata kamu memiliki kelucuan juga keluguan yang terbungkus dengan gaya yang lain. Gaya ciri khas kamu, hanya kamu yang seperti itu. Dan kamu tahu? aku menyukainya. Entah mengapa, apa pun itu tentang kamu aku selalu mau menyukainya, bahkan menerima juga tidak keberatan. Apakah itu artinya aku cinta atau apakah aku bodoh?



        Hei Kamu,

           Masih ingatkah kamu tentang impian kita? impian yang kamu gulirkan yang kemudian aku pun menyetujuinya? masihkah kamu menginginkan itu menjadi nyata untuk kita? apakah menurut kamu kita berdua bisa merasakan hal - hal yang kita impikan? hal - hal yang kamu inginkan? pun aku demikian, apakah akan ada kita, apakah akan ada bersama itu pula?

            Kamu yang mengajakku untuk merajut benang - benang mimpi itu mulai dari hal yang sederhana, terkadang pula receh seperti candaanmu. Hal sehari - hari seperti memasak bersama setiap harinya, membuat kue bersama, berpetualang dan berjalan bersama - sama berdua, menghabiskan waktu seharian hanya berdua saja, saling menatap bola mata masinng - masing, berbincang, berbagi cerita tentang mimpi - mimpi kita yang ingin kita raih sebagai individu pun sebagai mimpi kita bersama. Itu semua sungguh menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi kenhyataan bagi kita berdua. Mimpi yang sangat mewah dan berharga untuk kita berdua.

            Tentang kamu yang tidak malu menunjukkan kita, tenytang kita. Aku sangat senang seklai, dan berterimakasih untuk itu. Meski tak tahu apa yang sebaiknya bagi kita berdua. Tidak ada lagi rasanya rahasia itu. Kamu ingin mereka tahu, kalau perlu dunia juga tahu.Betapa berani dan percaya dirinya kamu. Aku sangat kagum padamu, terpesona dan jatuh hati pada pribadimu yang itu.

         Kamu yang sangat bisa merubah suasana hatiki menjadi lebih baik. Kamu yang rasanya sudah begitu mengenal aku seperti layaknya kita sudah saling mengenal selama puluhan tahun dan tinggal bersama.   Kamu yang sellau hadir memberikan pundak virtualmu itu saat airmatakusulit berhenti mengalir. Kamu terasa dekat seklai di hati dan sanubariku, memenuhi relung - relung jiwaku. Tiada hari tanpa ada kamu di hari - hariku. Padahal kamu itu sangat jauh dari sisiku. Terbentang jarak belasan ribu kilometer diantara kita, bahkan untuk hidup berdampingan dan kemudian tinggal bersama setelah segala sesuatunya resmi juga belum pernah kita rasakan sama sekali. 

               Kamu membayangkan dan memimpikan bagaimana rasanya bila kita bisa tinggal bersama, Kita bersama tidak terpisahkan lagi. Aku ditempatmu. Atau kamu yang ditempatku. Sedangkan aku sendiri masih membayangkan dan memimpikan juga menginginkan pertemuan kita terlebih dahulu. Baru setelah itu kita pikirkan bersama langkah selanjutnya. Jadi, sebaiknya kita memang perlu bertemu dulu bukan? hehehe...dari bertemu, resmi, baru tinggal bersama. Kamu loncat cukup jauh sayangku, tidak apa - apa juga..hanya pelan - pelan saja dulu, toh kita berdua perlu itu juga pada akhirnya, kebersamaan yang nyata.

Posting Komentar

0 Komentar