Berbicara di depan Umum? Siapa Takut!

Berbicara di depan umum? Siapa Takut!

Itulah sepenggal kalimat yang terpampang dalam spanduk di sebuah workshop, saat saya masih menimba ilmu di Youth Islamic Study Club (YISC) Al Azhar. 


Topik yang cukup menarik sekaligus menggelitik, khususnya untuk saya sendiri. Mengapa? karena sebagai seseorang yang senang mengobservasi, membaca hingga mengamati, tentu saja saya yang saat itu lebih memilih untuk menulis saja, dalam berkomunikasi menyampaikan segala ide, gagasan hingga pikiran.
Kebetulan saya juga sudah mulai menyukai kegiatan menulis sejak duduk di bangku sekolah Menengah (SMP) juga jika saya ingat kembali ada hal-hal yang mendasari saya memilih keputusan seperti itu.

Pertama, saya lebih senang dan banyak mencatat, merangkum lalu membuat sintesanya dengan menulis.
Kedua, saya lebih mampu untuk dapat menuangkan segala yang bergejolak dalam diri mulai dari emosi, perasaan hingga pemikiran-pemikiran. Ketiga, tidak perlu menjadi pusat perhatian, menjadi sorotan orang banyak karena belum berbicara di depan umum.
Tidak perlu mengatur ketenangan diri juga mempelajari cara-cara menatap atau memandang audience saat sedang berbicara di depan khalayak, agar dapat fokus. 
Keempat, tak perlu berkata-kata secara terbata-bata atau terputus-putus atau berbicara tidak dengan lancar karena demam panggung.
Kelima, tidak perlu merasakan keringat dingin atau perut yang menjadi mulas karena sudah nervous duluan membayangkan harus berbicara seorang diri di depan khalayak ramai.

Namun, ternyata oh ternyata..
Seiring dengan berjalannya waktu,  kemampuan untuk dapat mengendalikan diri sendiri dan berbicara di depan umum semakin lama semakin dibutuhkan sekali. 

Sebagai contoh, saat bergabung di dalam organisasi atau komunitas hingga saat perkuliahan di semester akhir, ketika akan sidang menuju kelulusan sarjana muda. Kemampuan untuk menyampaikan apa yang kita komunikasikan juga informasikan secara lisan menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai.

Impian...
Saya yang senang menulis dan bercita-cita dapat melaunching buku atau memperkenalkan buku saya sendiri dan lalu menjadi pembicaranya, tentu saya perlu memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum, tidak hanya kemampuan serta keterampilan menulis saja.

Bahkan saat melamar kerja, pada sesi interviewnya, terkadang kita perlu pula untuk mempresentasikan skill berbicara atau menyampaikan gagasan yang kita miliki.

Sejak saat itulah saya mulai mempertimbangkan untuk mempelajari kemampuan untuk berbicara di depan umum. Saya mulai mencari pelatihan atau workshop serta bersedia mengikuti serta berlatih untuk mampu mempraktekkan ilmu berkomunikasi secara lisan tersebut.

Puncaknya, saat jalan hidup menetapkan saya untuk menjadi seorang guru di sebuah sekolah. Kemampuan berbicara di depan umum itu ternyata sangat diperlukan sekali bahkan dituntut kecakapannya. Bagaimana tidak, seorang guru tentu harus berbicara di depan anak-anak muridnya yang berjumlah puluhan orang itu bukan? 
Seorang guru juga perlu berbicara di depan para orangtua murid, sesama rekan guru hingga pemilik dan pengelola sekolah.

Sebuah kalimat yang dilontarkan oleh salah seorang teman guru dan itu masih sangat membekas hingga kini adalah, ia berkata, "Kita itu sebagai seorang guru adalah 'Center of Attention'. " 
Prakkk.
Rasanya saya seperti tertampar.

Tak ada kata terlambat untuk belajar dan memulai...

saya bangkit berdiri. Berlari.
Saya bersedia belajar juga berlatih berbicara di depan umum sedikit demi sedikit. Mempelajari kemampuan berbicara di depan umum secara terus-menerus, dengan meningkatkan dan memperbaikinya sambil jalan. 

Beruntung...
Beberapa hal masih saya ingat dari pelatihan yang pernah saya jalani sebelum berkecimpung di dunia pendidikan.

Berikut poin-poin yang berhasil saya rangkum, 
Pertama, saat berbicara di depan umum sebaiknya pandangan mata kita fokus pada satu hal. Sesekali, setelah beberapa saat dapat kita alihkan perlahan-lahan secara merata.
Kedua, kita harus yakin pada diri kita sendiri. percaya dan menguasai betul materi atau apa yang ingin kita sampaikan.
Ketiga, saat berbicara, perhatikan volume suara, intonasi hingga ritme, kesemuanya harus jelas terlafazkan.  

Beberapa trik dan tips berbicara di depan umum berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri,
✅ Jadilah komunikatif,  kita perlu menciptakan atmosfer yang hangat dan bersahabat, dimana baik kita sendiri hingga audience merasa memiliki ikatan dan keterlibatan.
✅ kita juga dapat melakukan perbincangan  atau tanya jawab. Interaktif. Terasa interaksi antara pembicara dengan penonton atau pendengar.
✅ Menggaet dan merangkul juga melibatkan audien (menciptakan bonding atau ikatan) dengan melakukan ice breaking atau games ringan.
Jadi, baik kita sebagai pembicara maupun audience atau penonton, orang-orang yang menyimak atau mendengarkan pembicaraan kita menjadi senang atau happy. Tidak bosan. Tidak monoton. Jadinya sama-sama merasa senang dan menikmati. Serta tidak lupa kita terus melakukan komunikasi terus secara dua arah. Jadi dinamis, berwarna dan fleksibel.

Saya mencoba trik dan tips diatas, dan lama-kelamaan merasa menjadi semakin senang saat mendapat kesempatan berbicara di depan umum.
Rasa semangat juga semakin berkobar, seiring dengan makin ditingkatkannya intonasi suara atau gaya berbicara yang paling tepat atau sesuai dengan diri kita sendiri atau gaya kita sendiri, yang kita rasa paling nyaman.

Semakin sering dipraktekkan saya jadi berpikir juga merasa, bahwa ternyata berbicara di depan umum itu tidak semenakutkan yang saya bayangkan sebelumnya. Ternyata menyenangkan juga dan saya juga menikmatinya sama seperti ketika saya sedang melakukan aktivitas menulis, aktivitas kesukaan saya.

jika sudah menyukai dan menikmati seperti itu, apakah saya tetap memiliki impian? Bila diingat, rasanys belum pernah terbersit. Namun, ketika saya mengikuti sebuah pelatihan parenting, saya sempat ditawari untuk menjadi pembicara. Tugas saya adalah berbagi, sharing pengalaman dan juga memberikan sedikit motivasi juga inspirasi.

Saya pikir itu hal yang menyenangkan dan juga bermanfaat. Jika dapat memberikan manfaat bagi banyak khalayak. 
Saya jadi semakin semangat untuk menginspirasi dan memberikan semangat.

Harapan saya, 
Kemampuan berbicara di depan umum dapat semakin ditingkatkan. kemampuannya bisa terus diperbaiki sehingga pada akhirnya akan mampu mendapatkan keseimbangan dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tulisan.

Lalu, apakah ada kekhawatiran? Secara manusiawi tentu masih ada, yang menjadi kekhawatiran saya adalah ketika tidak dapat seimbang di kedua jenis komunikasi tersebut. Lisan dan tulisan.

Saya ingin dapat terus berkomunikasi melalui tulisan dengan berkarya menelurkan buah-buah pikiran saya. Namun, jika diberikan kesempatan yang lebih baik, saya pun ingin dapat bisa berkomunikasi secara lisan dengan berbicara di depan umum, entah itu menjadi seorang pembicara atau motivator atau inspirator atau setidaknya mungkin dimulai dari menjadi Content Creator. 
Video-video yang tercipta dapat menjadi jembatan yang berguna serta bermanfaat. Didalamnya saya tetap bisa berbicara di depan umum dengan media yang berbeda. Yang satu langsung berbicara di depan khalayak ramai. 
Yang satunya lagi berbicara di depan kamera.
Dua hal yang berbeda rasa dan sensasinya. Namun, tetap memiliki benang merah yang sama, yaitu berbicara di depan umum. 

Jadi, apapun medianya atau apapun kesempatannya untuk berkreasi juga berkarya dalam berbicara di depan umum, keduanya akan tetap coba dilakukan dengan baik, berimbang dan juga kreatif inovatif.

Kedua-duanya, baik menulis mapun berbicara di depan umum, sama-sama baik.
Kedua-duanya saya sukai juga nikmati serta syukuri.

Posting Komentar

0 Komentar