Khutbah Idul Adha 1445 H

Senin, 17 Juni 2024
Lapangan Area Parkir Bina Marga
Komp PU Pasar Jum'at Jakarta Selatan

Alhamdulilah Idul Adha 1445 H ini, dilaksanakan bersama keluarga di Lebak Bulus.
Menemani sekaligus menjaga Papah juga shalat Idul Adha bersama adik ipar tersayang, Aisy.

Usai menunaikan ibadah shalat Idul Adha berjama'ah, khotbah pun disampaikan..
Berikut sedikit rangkuman yang berhasil disusun di tempat sambil terus menyimak..
Semoga dapat dipetik secul hikmah juga manfaatnya..amin...

Dalam perayaan Hari Raya umat Islam, ada dua hari Raya, Idul Fitri dan Idul Adha.

Idul Adha lebih mulia, kenapa? Karena didalamnya ada banyak kemuliaan, ada 10 hari awal Dzulhijah, ada hari Tarwiyah (ada puasa Tarwiyah), ada hari Hari Arafah (ada puasa Arafah). 

Sebagai informasi sejarah...

Nabi Adam anaknya 40 anak bahkan hingga 240 anak, memiliki anak yang paling banyak, anaknya ada yang baik dan ada yang tidak baik, Nabi Adam baik istrinya juga baik. Mengenai hal itu, maka salah satunya kita dapat mengetahuinya melalui kisal Habil dan Qabil.

Nabi Nuh, istrinya namanya Walihah atau Wahilah, ia tercatat adalah seorang istri yang durhaka,  namun meski Nabi Nuh baik, ada anaknya yang durhaka.

Nabi Luth, istrinya Wai'lah, anaknya Zahreta dan adiknya, anak2nya Nabi Luth baik.

Jadi, hal yang dapat dipetik, ketika memiliki anak, maka ortu yang baik dan tidak baik dapat mempunyai anak yang baik juga tidak baik. Ortu yang baik2 (suami dan istri) dapat mempunyai anak2 yang baik pula, ini berlaku pada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.

Idul Adha erat kaitannya dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah termasuk Orang2 baik dan terpilih.
Ada tiga pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak2nya.

Pola asuh yang pertama,
Tarbiyah bin Qohri, mendidik dengan paksaan tanpa kebebasan, paksaan dalam tiga hal, Aqidah- Ibadah-Akhlak...
Aqidah : Keimanan
Ibadah
Dalam kedua hal diatas, orangtua perlu otoriter, anak perlu dipaksa, ditegaskan, tidak dibebaskan seenak2nya.
Akhlak pun juga demikian, orangtua perlu otoriter atau tegas.

Pola asuh yang kedua, Tarbiyah bin Hiyari, mendidik dengan memberikan opsi atau pilihan asal semuanya tidak melanggar ketentuan Allah, sesuai dengan minat dan bakatnya, orangtua tidak memaksakan kehendaknya. Misal ortu punya impian menjadi dokter dan gagal, lalu memaksakan anaknya untuk menjadi dokter padahal sang anak tidak mempunyai potensi untuk itu. Jadi, yang baik dan bijak tidak begitu, namun memberikan pilihan yang tepat dan sesuai, berdasarkan koridor yang lurus dan tidak melenceng.

Pola Asuh yang ketiga,
Tarbiyah bin Hiwari, pendidikan dengan cara berdialog kepada anak, nabi Ibrahim sangat merindukan kehadiran seorang anak, nabi Ibrahim baru dapat memiliki anak di usia 99 tahun. Ketika sang anak berusia 11 tahun, turun perintah dari Allah untuk menyembelih anak yang amat dinanti-nantikannya itu. Menyikapi hal itu, nabi Ibrahim melakukan dialog kepada Ismail, menanyakan bagaimana pendapat Ismail mengenai hal itu, berkat hasil pendidikannya yang sangat baik selama ini dari Nabi Ibrahim, Ismail pun menjawab pertanyaan dialog dari Nabi Ibrahim dengan sangat mantap, Ismail meminta Nabi Ibrahim untuk melaksanakn perintah Allah SWT itu tanpa sedikitpun keraguan, dan mukzijat atau keajaiban pun langsung hadir setelahnya, pengorbanan yang diwarnai oleh penerimaan juga keikhlasan itu digantikan oleh Allah dengan seekor domba.

Betapa indahnya, 
Maha Benar Allah..
Wa'allahualam..
Mohon maaf bila ada salah2 kata dalam menulis atau menyampaikannya.
Terimakasih sudah membaca tulisan ini dan semoga bermanfaat.


Posting Komentar

0 Komentar