Kamu dan Waktu

Kamu dan Waktu

Annline 







          Semakin lama, aku merasa semakin jarang mendapatkan hadiah secara personal. Hadiah dari seseorang yang sangat dekat dan memiliki hubungan khusus denganku. Semakin pula tidak mengharapkan apalagi mendambakannya. Meski tetap senang dan bersyukur juga bila mendapatkannya. Tidak seperti di zaman ketika masih senang merayakan hari lahir. Aku juga tidak banyak memikirkan untuk mendapatkan atau menerima hadiah, meminta atau menuntutnya juga tidak. Hadiah seperti baju, perhiasan atau sepatu juga tas tidak terlalu menggoda buatku untuk bisa memilikinya.

         Rasanya aku sudah cukup bahagia hanya dengan bisa merasakan kehidupan itu sendiri sebagai hadiahnya. Udaranya, airnya, sinar mataharinya. Bisa sehat, bahagia ceria, dapat menjalani aktivitas sehari - hari dengan lancar, berbagi juga bermanfaat adalah sebuah definisi hadiah dalam bentuk abstrak untukku. Termasuk pula ke dalam hadiah yang tak ternilai harganya dari Sang Pencipta.

       Bersyukur dan beruntung pula sebenarnya aku, saat aku masih dapat menerima hadiah konkret, yang kerap didapatkan dari para orangtua murid juga murid - murid. Orangtua murid kerap memberi sesuatu pada tiap semester atau di akhir tahun ajaran. Tanpa pernah diminta. Itu bentuk dari perhatian, kepedulian juga kasih sayang yang mereka balaskan, meski tanpa itu pun aku sudah bisa merasa bahagia dan bersyukur, dengan dapatnya mereka diajak berkomunikasi dua arah, bekerjasama hingga bersinergi. 'Ungkapan cinta dari kami', ucap mereka kompak saat memberiku hadiah - hadiah, bunga hingga kejutan di hari lahir juga hari - hari istimewa lainnya. Pimpinan di tempat aku mengajar yang juga sekaligus investor dan pemilik dari beberapa cabang usaha bahkan memiliki tradisi khusus juga untuk setiap karyawannya pada hari lahirnya, mereka akan mendapat pesta kejutan, kue ulangtahun hingga hadiah - hadiah yang kita sukai dan butuhkan (tas, baju, sepatu dan lain sebagainya). Lagi - lagi aku merasa bersyukur dan berterimakasih pernah menjadi bagian dari mereka dan merasakan hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya di tempat lain. Saling memberi hadiah dan mendapatkan hadaih adalah merupakan sebuah cara untuk berbagi dan menunjukkan kasih sayang, bahasa cinta, hal itu yang aku pelajari dan ku ingat selalu.


***

Kamu adalah Hadiahku

                Aku menerima, bersyukur juga menghargai semua hadiah. Hingga pada suatu ketika, tanpa disangka dan diduga sama sekali. Aku mendapatkan bentuk hadiah yang lain, yang berbeda. Aku baru memahaminya setelah aku benar - benar mau menerima dan mengerti juga mempercayainya bahwa setiap orang itu memiliki cara dan gayanya sendiri dalam mengungkapkan dan mengekspresikan cinta, bahasa cinta dalam bentuk memberikan hadiah.

            Awalnya aku memang tidak keberatan, dan pada dasarnya aku tidak pernah keberatan, karena aku sudah mencoba mengenal dan mengerti dirinya dari mulanya, sejak titik pertama kita. Namun, aku juga hanyalah 'insan biasa' (cah kayak  lirik lagu ini yakkk), sempat sesaat, hanya sedikit saja kadarnya, tentang apa yang dia lakukan padaku menimbulkan pula beberapa pertanyaan di benakku, mengapa dia tidak pernah memberikan aku hadiah dalam bentuk barang sedikitpun? Padahal katanya, dia peduli dan sayang padaku.

            Tak terlintaskah dia membelikan aku sedikit kenang - kenangan dari negeri Sakura setelah magangnya disana usai? meski hanya sebatang pena dan sebuah buku diari? (dia tahu aku suka menulis, tapi entah apakah dia tahu aku sukanya menulis di media apa). Aku akan sangat bahagia sekali jika dia yang memberikannya. 

            Aku sempat sedih juga sih, yah meski kadarnya juga cuma sedikit, mungkin karena aku terbiasa 'disayang' dan dibberikan hadiah oleh orangtua murid atau teman guru yang notabene hubungannya tidak sedekat aku dan dia, disitu mungkin rasa kecewa itu jadi muncul juga sedikit. Aku sempat pula sedih lalu bertanya - tanya sendiri, mengapa dia begitu? tidak ingatkah dia padaku? tidak istimewakah aku baginya? (padahal lagi - lagi katanya, dia bilang aku adalah orang yang penting buat dia, dia merasa spesial bersamaku, sejauh ini hanya aku yang bisa membuatnya senyaman ini). Dan selama dia berbulan - bulan tinggal di Negeri Sakura, akulah orang yang selalu menemani  hari - harinya. Aku yang selalu membalas sapaannya dan menyambut dirinya di setiap pagi dan malam setiap harinya, pagi dan malam, pagi hingga malam yang serasa menjadi milik kami berdua. aku bahkan adalah orang yang selalu dikabari olehnya dan mengikuti kisah perjalanannya sebelum keberangkatannya hingga ia kembali lagi ke negeri asalnya yang dingin dan berangin kencang.

            Sedih, juga kecewa sedikit juga sempat mewarnai hati, mungkin juga banyak, tapi segera ku hapus kemudian, karena aku tidak tahu dan aku tidak mau menghakimi. Dan aku juga sedih dan kecewa, tapi sudah kumaafkan dan ikhlaskan, saat aku bercerita padanya bahwa aku suka Pocky, tapi Pocky yang aku suka dan incar ternyata hanya ada di Negeri sakura, Pocky rasa coklat dengan balutan kacang almond di setiap stiknya. Enak sekali rasanya. Aku suka banget, nancep banget rasanya, love it so so much. Aku bisa mencicipi Pocky itu karena mendapatkannya dari seorang anak murid, teman orangtua dari murid tersebut baru pulang dari Negeri Sakura dan membawa Pocky itu sebagai hadiah oleh - oleh. 

            Nah, berhubung karena si dia yang juga sedang berada disana, aku ingin menitip padanya. Karena aku sudah mencoba mencari Pocky itu di beberapa mini market yang memang menjual Pocky, tapi jenis yang aku cari memang tidak tersedia. Aku mencari pula di beberapa tempat, bolak - balik kayak gosokan, kesana kemari kayak gasing, tapi memang tidak ada, karena memang made in sana made in Negerinya Oshin. Sudah jelas pula sebenarnya dari bahasa yang tertera di kemasannya, namun aku tetap berharap mungkin ada pula versinya juga disini, jadi tidak perlu menitip dan merepotkan dia. Namun, ya barangnya tidak ada. Aku meminta tolong padanya untuk mencarikannya buatku, aku akan ganti. Syukur - syukur bisa jadi hadiah atau mungkin barteran, wah aku akan girang sekali pastinya, tapi nyatanya, Tidak!

            Aku menerima dan mulai terbiasa dengannya, meski dalam sejarahku, biasanya, hampir selalu aku akan mendapatkan hadiah konkret dari mereka yang menyukai dan mencintaiku, mulai dari buku, coklat sampai makanan. Aku juga pernah dapat hadiah yang unik dari cinta pertamaku, sebuah domba kecil yang berwarna putih, ukurannya imut hanya seukuran genggaman tangan saja. Katanya sengaja biar bisa kugenggam sekaligus menerangiku, pasalnya domba putih kecil itu akan menyala, akan mengeluarkan cahaya, bercahaya di kegelapan, dia sang cinta pertamaku tidak mau aku kegelapan, jadi dia memberiku itu untuk aku genggam, untuk menemaniku, untuk memberikan aku cahaya disaat lingkungan sekitarku gelap (entah karena lampu yang dimatikan atau mati lampu, hehe). Sedangkan dia, yang entah cinta apakahnya aku? Not at all..haha poor you!

            Aku kemudian menjadi benar -  benar terbiasa, sampai - sampai aku jadi mempertanyakan kembali perihal perasaannya padaku, hingga aku pun jadi berfikir dan menyimpulkan bahwa mungkin dia belum tentu ada rasa padaku..haha...pahit! atau mungkin ada tapi tidak atau belum sesuka atau secinta itu, ahhh....aku benar - benar belum tahu akan hal itu.

          Lalu, sebuah momen menyingkap semuanya, saat satu demi satu tabir tentang dirinya mulai tersingkap. Bahwa sesungguhnya, memang begitulah cara dia memberi hadiahnya yang sebenarnya, bahwa sebenarnya bahasa cinta dirinya adalah memberikan waktu berkualitas, dan dia memang benar - benar total dalam melakukannya, totalitas tingkat dewa saat mengeksekusinya. Kekonsistenannya, komitmen hingga persistensinya, semuanya itu sangat berharga, harganya sangat mahal. Setiap hari. Setiap waktu. Setiap suasana. 

         Dimulai dari saat ia terjaga dari tidurnya, hal pertama yang dia pikirkan adalah orang yang pertama kali akan dikabari dan disapanya, dia meluangkan waktunya, membuat waktu. Sampai ia akan tidur kembali, kabar darinya tidak pernah luput, ia kembali menciptakan waktu. Mengusahakan selalu terhubung. Siap siaga, tanggap sigap, cepat merespon adalah jurus andalannya. Dia memiliki waktu - waktu tertentu dimana ia akan benar - benar seratus persen fokus padaku, pun sebaliknya seratus persen pada diri dan keluarganya juga. Selalu menanyakan kabar dan keadaan aku juga memberitahu dan menceritakan pula perihal dirinya. Aku tahu dan menyadari bahwa hal seperti itu adalah hal yang benar - benar merupakan hadiah yang mahal, mengingat budaya barat tidak memiliki budaya yang terbiasa terhubung untuk chatting atau ngobrol setiap hari dengan orang lain kecuali dengan ketentuan tertentu.

                Dia membuat jadwal khusunya untuk aku, di tengah lingkungan hidupnya yang penuh dengan kedisiplinan, keras, serius, segalanya serba terburu - buru dan harus cepat, sibuk, kaku. Dia selalu menyempatkan hadir, setiap hari, dari mana saja, bahkan dalam segala situasi dan suasana. Memberikan hati, pikiran bahkan bahunya untukku bersandar saat seorang aku menitikkan airmata dan bercerita padanya.


            Seseorang pernah berkata bahwa, hadiah yang bisa diberikan seseorang padamu adalah bisa jadi merupakan sesuatu yang harganya sangat mahal. Seseorang itu kemudian bertanya pada seorang gadis, "Apakah kamu tahu apa hadiah yang paling mahal yang bisa seseorang yang spesial berikan padamu?"  "Hmmm, uang?" sang gadis buka suara. "Bukan." jawab seseorang itu sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Lalu apa?" tanya sang gadis kembali. Seseorang itu pun lalu berkata, "Sesuatu itu adalah WAKTU, ya..waktu adalah milik seseorang yang spesial yang paling mahal dan berharga. Seseorang yang benar - benar mencintaimu, akan memberikannya padamu, meskipun ia sibuk, meskipun ia juga memiliki urusan dan dunianya sendiri, ia akan luangkan dan ciptakan waktu itu. Saking berharganya waktu, nilainya sampai tak terhingga bila diuangkan dalam rupiah atau mata uang yang lainnya.


        Dia, yang kemudian aku ingat kembali..dia yang selalu hadir sepenuhnya untukku, hampir selalu penuh dengan antusiasme dan rasa ingin tahu, semangat, gairah, selalu penuh kejutan dan tidak pernah membosankan. 

            Kamu yang suka lucu juga, konyol, kadang - kadang nggak jelas, usil, jail. Kadang - kadang juga bisa marah dan ngambek, bisa juga sedikit insecure, di lain waktu bisa juga agak - agak arogan sedikit.

         Disana di ruang aman dan nyaman kita, kita juga bisa saling tangis - tangisan bila saling rindu atau sedih atau apa, berdebat kusir, bercanda..banyak sekali hal yang kita bagi bersama, yang semuanya terangkumkan dalam satu frame bernama waktu. Kita bertemu, berbincang di waktu - waktu tertentu. Di waktu yang rasanya menjadi milik kita berdua saja.

 

        Hei kamu, yang entah kini dimana dan bagaimana..

        Aku berterimakasih atas hadiah yang pernah kamu berikan padaku kala itu,

     Terimakasih sudah memberikan aku sebuah hadiah yang paling mahal dari semua hadiah yang pernah aku terima dan rasakan. Dari semua hadiah yang aku suka (buku, coklat hingga makanan).

      Terimakasih atas hadiah tak ternilainya, yang entah akan jadi berapa rupiahkah bila diuangkan, entah akan dapat berapa buku, coklat maupun mungkin Logam Mulia (LM)kah aku dari itu semua?  

        Terimakasih atas kehadiranmu dalam hidupku,

        Terimakasih untuk hadiah terbaik dari kamu untuk aku, yaitu waktu.

        Kamu sendiri adalah Hadiahku, hadiah terbaik dan terindahku,

Kamu dan Waktu



@kubbu_bpj            @annline

#KUBBU30HMC        #writingchallenge            #day26

#tantanganmenulis        #30harimenuliscerita         #hadiah


Posting Komentar

0 Komentar