Pilihan dan Mimpi

 Kenapa Aku Suka Menulis?

Menulis adalah Pilihan Hidup dan Mimpiku


Pertama-tama, ya karena aku suka membaca hahaha..


Dan, itu memang kenyataannya..berkat kecintaan dalam melahap banyak bahan bacaan saat duduk di bangku Sekolah Dasar, perlahan namun pasti keinginan untuk menulis hadir dengan begitu kuat saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.


Alasan Menulis...

Yang menjadi pertanyaan mulanya dulu kemudian adalah mengenai mengapa memilih dan menetapkan menulis sebagai hobi, kesukaan dan pada akhirnya benar - benar jatuh cinta dengannya?

Well, aku ingin sedikit membaginya disini, jadi pernah pada suatu masa, aku merasakan sebuah fase dimana kesulitan, kesendirian juga sangat kesepian mendera diri dengan begitu pekatnya.  

Tidak ada teman berbagi perasaan, yang mau serta mampu mendengarkan dan mengerti. Tidak ada bahu untuk bersandar. Tidak ada tempat untuk berkeluh kesah, menumpahkan segala rasa. Tidak ada tempat yang hangat dan nyaman dimana kita bisa merasa diterima, dimengerti dan didengarkan. Tidak ada yang mau menerima diri ini dengan seutuhnya, mengakui juga menghargai. Yang ada hanya menuntut, memaksa, mengintimidasi, mengancam, membandingkan, mencaci, memarahi, membuat diri yang masih remaja dan sedang mencari jati diri itu limbung, resah juga gelisah. Kepada siapa ia dapat meminta bantuan dan mencurahkan segalanya. 

Hingga kemudian, aku remaja yang sedang dalam masa transisi menemukan jati diri menemukan notes atau buku harian yang berjajar rapi dan terlihat begitu indah dan mendamaikan, saat aku remaja sedang melihat - lihat buku di toko buku (berkat kecintaannya membaca yang membawa dirinya jadi berburu buku di toko buku dan pada akhirnya matana tertumbuk pada sebuah buku harian berwarna tosca yang memiliki gembok).

Dan, ya..perjalanan menulis itu dimulailah, dimulai dari menulis di buku harian...

Kegiatan menulis kemudian menjadi sangat akrab dan dapat sangat membantu aku remaja untuk dapat melepaskan segala beban yang ada di hati, yang tidak bisa dibagi kepada siapapun. Jika berbicara kepada orang yang lebih dewasa, si aku remaja pun malah cenderung disalahkan dan dihakimi, maksud hati meminta bimbingan, arahan hingga dukungan dari orang yang lebih dewasa darinya, namun seringnya malah jadi bertambah runyam dan rumit saja. Si aku remaja juga tidak memiliki saudara kandung yang lebih tua darinya atau kakak, karena ialah yang pertama kali dilahirkan. Bertambah lagi kemudian hal yang harus ia selesaikan dengan diri sendiri dalam rangka berdamai dengan keadaan, merasa sebagai seseorang yang merasa belum pernah diterima, disayangi juga diakui, di sisi yang lainnya juga harus tetap tangguh dan kuat, memberikan contoh, bimbingan juga perlindungan kepada mereka yang usianya lebih muda dari dirinya.


Sungguh si aku remaja masih sangatlah butuh pegangan, sandaran, dukungan, namun sayang ia belum pernah menerima dan merasakannya.

Sungguh terasa amat sangat berat, pekat, pilu berada di fase itu...dan rasanya hanya seorang diri sja, tanpa siapa - siapa di sisi diri...

Beruntung dan Bersyukur si aku remaja telah bersahabat karib sekali dengan buku, kemudian ia juga memilih menulis sebagai aktivitasnya untuk menyembuhkan segala luka yang ada di dalam hatinya. Melepaskan semua kesedihan, kekecewaan hingga kemarahan.

Tidak terbayangkan rasanya jika si aku remaja itu tidak memilih dan menetapkan menulis sebagai pilihannya saat melewati fase sulitnya.

Entah apakah yang kemudian bisa terjadi kepadanya? Bagaimana ia akan bisa melalui dan melewatinya? 


Menulis sangat membantu aku sekali...

Menulis kemudian bisa membuat aku bahagia sekali. Setiap kali habis menulis hampir selalu ada rasa bahagia yang aku rasakan. Plong, lega, sangat bahagia sekali. Tak terkira. Tak terukur. 

Setelah menulis pula, rasanya aku bisa menjadi lebih kuat dan tahan banting menghadapi segala cobaan juga ujian kehidupan yang memang tidak mudah dan banyak lika - likunya. 

Setelah menulis pula rasanya pikiran menjadi lebih jernih, hati menjadi lebih tenang, jiwa menjadi lebih ringan ketika kembali melangkah, ikhlas serta berserah.


Melalui menulis aku kemudian menjadi banyak belajar untuk lebih mampu menata dan  memetakan pikiran dan perasaan, memecahkan masalah pribadi, membuat sintesa atas sehgala apa yang terjadi, apa yang diamati, dipikirkan juga dirasakan, mengajukan pertanyaan kemudian mencari jawabannya. Aku menjadi lebih dapat pula berdiskusi dan berbincang dengan diri sendiri.

Melalui menulis, aku jadi lebih mengenali diriku sendiri, menemukan diriku, AKU. Aku yang sesungguhnya, seutuhnya.


Melalui menulis pula, aku jadi lebih mampu mengenali dan memahami berbagai macam perasaan atau emosi yang dimiliki oleh manusia. Positif dan negatifnya. Hingga belasan tahun kemudian, saat aku menjadi seorang pendidik dan mengikuti pelatihan di bidang kependidikan, seorang trainernya menawarkan aku menjadi trainer atau pembicara pula(namun perlu ikut pelatihan yang berbiaya cukup mahal, saat itu aku belum memiliki dananya). Apa pasalnya? mengapa trainer itu menawarkan diri yang masih terus belajar dan senang untuk terus belajar ini untuk mau ikut pelatihan dan kemudian bergabung menjadi salah satu bagian dari tim trainer mereka? karena, pada sebuah sesi dimana para pendidik yang mengikuti pelatihan diminta untuk menuliskan dan menjabarkan tentang jenis - jenis perasaan positif dan negatif sebanyak - banyaknya dalm waktu sesingkat - singkatnya, kemudian menjelaskannya. Aku membuat trainer atau pemateri tertegun saat itu sebab aku berhasil menuliskan dengan sangat banyak dan juga panjang (aku sendiri nyaris tidak menyadarinya, aku pikir itu karena kebiasaan aku menulis, menuliskan semuanya, segalanya..aku kira pula bahwa itu adalah hal yang cukup sederhana namun kenyataannya peserta lain yang kebetulan duduk di sebelahku terlihat begitu kesulitan dan berpikir keras, sehingga aku diminta untuk membantunya).

Pemandangan dan hasil yang kontras di depan sang trainer itu yang akhirnya membuat sang trainer pun pada akhirnya berkata bahwa aku dapat mengisi materi pula bila mau dan trainer juga bertanya padaku bagaimana aku bisa melakukannya. Dalam pelatihan tersebut kita memang diminta untuk dapat speak up dan berbicara jujur dan apa adanya. Terbuka. Maka, aku pun menceritakannya, aku katakan bahwa mungkin aku mengenali segala jenis rasa, perasaan hingga emosi itu karena kebiasaan aku menulis. Dan aku katakan pula mengenai latar belakang aku memulai aktivitas aku menulis adalah karena aku pernah memiliki fase yang sangat kelam dan pekat di masa remaja hingga sekitar dewasa muda. Aku sampaikan bahwa menulis yang kemudian menjadi pilihanku, kecintaanku, pelarianku, tempat aku mengadu dan berbagi rasa, bahkan aku menamai buku harian, buku curahan hatiku sebagai Millo, aku menyapa diri, aku juga menyapa 'teman lembaran kertas' dengan sebutan My Millo. Bahkan saking cinta, intens dan menjiwainya aku pernah menulis di sebuah buku notes baru hingga buku itu hampir penuh karena aku terus menulis dan menulis, menggoreskan pekaku secara nonstop hingga sekitar lima jam lamanya.

Mendengar cerita dan penuturanku sang trainer pun tercengang dan kemudian ia juga merasa sangat bersyukur juga tercerahkan. Di satu sisi, karena si aku remaja memilih menulis sebagai cara untuk menyembuhkan dan mencintai diri sendiri. Di sisi lain jadi membuka mata mengenai manfaat menulis yang ternyata bisa sedahsyat itu dampaknya. Sekali lagi sang trainer mengucapkan rasa syukur dan lega juga bahagianya karena aku memilih menulis sebagai jalan keluarku, sebab sang trainer pun kemudian menyampaikan bahwa baru - baru saja ia merasa sangat miris, oleh sebuah kasus dimana korbannya adalah anak usia remaja yang mengalami hal, masalah atau fase yang hampir serupa seperti yang dialami si aku remaja, namun si remaja itu kabarnya tidak tertolong nyawanya karena saat melewati fase yang seperti dirasakan si aku remaja ia tidak kuat, frustrasi lalu depresi, dan ia tidak memilih menulis sebagai solusi diri (karena mungkin ia belum mengenalnya), maka sang remaja malang itu pun memilih untuk menenggak baygon hingga ia meregang nyawanya. Sungguh sangat menyedihkan juga menyesakkan saat aku mengetahui hal itu. Rasanya seperti mendengar atau menonton berita - berita kriminal mengerikan di media cetak atau televisi. Ingin rasanya tidak menerima dan mempercayainya, tapi itulah kenyataan. Sebuah kebenaran yang disampaikan langsung oleh seorang praktisi ahli di lapangan.


Aku pun jadi semakin menyadarinya, bahwa ternyata..Menulis itu Penting Sekali juga memiliki manfaat juga dampaknya. Membuat diri yang masih terus belajar dan cinta belajar ini semakin yakin dalam menulis, selalu semangat menulisnya dan tentu saja juga semakin cinta - mencintainya.


Menulislah, dan cintai dirimu..

Menulislah, dan selamatkan dirimu..

Menulislah, karena ia baik untuk kesehatan jiwa dan mentalmu..

Menulislah, maka kamu bisa berbagi juga menginspirasi..

Menulislah, maka kamu dapat menjadi insan yang bermanfaat..


Menulis menjadi bukti nyata bahwa aktivitas tersebut dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan selain juga wadah untuk berekspresi, berkreativitas, berbagi, mengaktualisasi diri, berproduktivitas hingga menghasilkan pundi - pundi rupiah juga. 


Manfaat Menulis...

Banyak sekali manfaat menulis juga yang kemudian aku rasakan. Aku akan coba jabarkan melalui poin - poin agar tulisan tidak berkembang menjadi cerpen ya hehehe..

Berikut diantaranya...

* Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, membuatnya menjadi lebih runut, jelas dan sistematis.

* Kemampuan berkomunikasi secara lisan makin berkembang dan terasah seiring dengan kemampuan berkomunikasi secara tulisan yang semakin baik.

* Membantu pengembangan diri, yang awalnya mulanya adalah seorang yang pendiam juga pemalu, perlahan - lahan jadi memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum dengan lebih tertata.

* Memiliki keterampilan hidup yang sangat berguna dan dapat diimplementasikan dalam hampir berbagai bidang pekerjaan. Misalnya pekerjaan sebagai seorang guru, sangat membantu sekali dalam Membuat dan Menulis Rencana Pembelajaran, Raport hingga melakukan konsultasi, sosialisasi hingga memimpin.

* Dapat menjadi komunikator atau penghubung hingga konsultan.

Dan masih banyak yang lainnya sebetulnya hehehe...


Tidak hanya Manfaat, pengalaman berharga juga berkesan pun dapat direguk... 

Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman dalam mengikuti lomba - lomba menulis. Jadi, kamu bisa ikut lomba menulis jika kamu memang suka dan mau mengaktualisasi diri. Kamu, aku, kita juga dapat menulis buku loh!

Nah, kalau untuk aku sendiri aku suka ikut event menulis, lomba menulis hingga membuat karya (menulis buku, menulis novel, artikel, opini, resensi, cerpen, puisi).

Salah satu pengalaman berharga juga berkesan yang diperoleh saat mengikuti lomba menulis adalah, saat terpilih menjadi Finalis Ratu Baca Perikanan dan Kelautan Tingkat Nasional. Dalam momen itu, aku bisa bertemu dengan sesama finalis lainnya dari Sabang sampai Merauke, diundang untuk dijamu, dikarantina, diberi beberapa fasilitas yang bisa membuat hati senang hehe, berkunjung ke beberapa tempat hingga bertemu langsung, bersalaman dan mendapat pesan secara personal dari Bapak Menteri Perikanan dan Kelautan.


Secuil cerita tentang awal mulanya mengikuti lomba menulis...

Berlanjut ke masa saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, di masa ini aku bertemu guru Bahasa Indonesia yang baik dan bagus saat di kelas dua, bu Marni namanya. Beliaulah orang pertama yang mengakui, menerima, menghargai, menemukan hingga mengklaim bahwa diri bisa dan mampu (ingin rasanya mencari dan menemukan beliau, lalu mengucapkan terimakasih dan mencium tangannya penuh takjim).

Di masa itu pula aku mempelajari dan mempraktekkan segala jenis tulisan, baik fiksi dan non fiksi. Saat itu juga, muali menulis karya berupa cerita pendek (pendek), resensi, opini, artikel juga puisi.

Baru saat duduk di bangku Kuliah, ikut lomba ini dan itu. Alhamdulilah bisa berhasil.

Kebiasaan menulis terus dilakukan hingga masa berkarya di dunia kerja, dengan terus melanjutkan mengikuti berbagai perlombaan. Di saat ini pula aku berhasil menerbitkan sebuah buku solo (meski belum best seller hehe) dan beberapa buku antologi.


Dan menulis, hakikatnya adalah memang sebuah keterampilan hidup yang harus terus diasah dan dipraktekkah atau dilakukan terus setiap harinya.

'Kamu baru bisa disebut seorang penulis jika kamu melakukannya setiap hari.'

'Bagaimana kamu bisa menyebut dirimu seorang penulis jika kamu tidak menulis?'

'Menulis atau menjadi penulis atau hanya sekedar sebuah hobi atau kecintaan tetap harus dilakukan karena kata menulis adalah kata kerja, harus dikerjakan, tidak cukup hanya dikatakan saja.'

'Seperti halnya pekerjaan atau profesi lain atu mungkin juga hobi, seperti mengajar atau mengantarkan surat (Pak Pos) atau berlari, jika kamu benar - benar menyukai dan serius padanya, pada mereka semua, maka kamu harus melakukannya setiap hari, tidak peduli bagaimana mood dirimu saat itu, cuaca yang sedang terjadi, atau apaun juga, kamu tetap perlu mengusahakannya dengan baik, toh pekerjaan atau kesukaan yang lainnya juga terus berjalan dan tidak ada berhentinya juga, bukan?'

'Jadi, inti pokoknya adalah..lakukan apa yang kamu sukai. Jika kamu menyukai aktivitas menulis, maka kamu akan mencari cara, meluangkan waktu dan mempraktekkan menulis itu setiap hari, setiap waktu, dalam berbagai kondisi dan suasana, lagi, dan lagi.'


Hingga pada suatu masa setelahnya..

Karena suatu kesibukan, beratnya sebuah permasalahan hingga kecelakaan parah yang menimpa diri, aktivitas menulis itu sempat terputus. Terutama saat pemulihan pasca kecelakaan telapak tangan kanan yang patah.

Namun, seperti apa yang telah diutarakan sebelumnya di atas, bahwa cinta - kesukaan itu sesungguhnya akan kembali mencari muaranya, maka dengan ijin Sang Maha Cinta aku yang kini bertemu dan menyatu kembali 'cinta lama' yang sempat terpisah. Pandemi covid 19, salah satunya yang memberikan hkmah pula di balik segala enyataan yang kemudian harus dihadapi juga diadaptasi.

And, here me now..right now...Kembali berpijak dan berdiri di atas kaki yang sama , diri dan impian yang tak tergoyahkan..

Mimpi itu kembali dirajut dan dijalani...

Menyelami dan merasakan juga menjiwai...


Sumber : Dokumen Pribadi


Terimakasih banyak aku ucapkan kepada teman - teman KUBBU, khususnya pihak penyelenggara atau penggagas dari ide tentang Arisan Blog Edisi Special yang Luar Biasa ini. Karena, berkat event inilah diri yang masih dan cinta belajar ini bisa menempa diri. Terus belajar untuk bisa komitmen dan disiplin dalam menulis. Mempelajari hal - hal yang masih harus dipelajari dan diperbaiki. Terus mengembangakan diri, kemampuan hingga keterampilan.

Sekali kali terimakasih, tulisan di blog menjadi bertambah dengan berbagai tema yang disodorkan. Semoga event hebat ini bisa memberikan dampak baik bagi diri untuk terus menjaga motivasi, semangat, antusiasme, konsistensi hingga persistensi untuk mampu menulis pula di blog setiap harinya atau setidaknya rentang beberapa kali dalam seminggu atau beberapa minggu sekali, secara berkesinambungan.

Semoga...

Berkah, sukses dan makin jaya selalu untuk KUBBU - Klub Blogger dan Buku Backpacker Jakarta.



Stay Safe, Health and Happy Always,

Lots of Love,

-annline-



Posting Komentar

1 Komentar

  1. Setujuu, menulis bisa buat terapi juga..
    Kadang gue kalo ada unek2 atas masalah yg belom selesai, ya tulis di buku harian..
    Kalo masalahnya udah selesai, semisal dapet solusi yg works, biasanya gue tulis di blog..
    Tapi kadang bukan masalah gw, tapi gw tulis juga di blog sih..hehe...
    Deg2an juga ya, nulis dikasih tema gini :D

    BalasHapus