Yang Sempat Tertunda - Part 1 (Puncak Kuta)

Bismillah...
Yang Sempat Tertunda - Part 1 (Puncak Kuta)


Dengan mengucap rasa terima kasih.
Aku bersyukur sekali bisa kembali melakukan dan merasakan olahraga fisik yang memerlukan beberapa persiapan setelah tertunda kurang lebih lima puluh bulan lamanya. Cukup lama sekali ya haha..

Olahraga fisik apakah itu? Dan mengapa bisa selama itu tertunda?

Kenalkan, ia adalah salah satu olahraga yang cukup terkenal dan digandrungi, dimana salah satu filosofinya adalah tentang menaklukkan diri sendiri. Ya, ia adalah olahraga mendaki gunung, lewati lembah.

Sekilas cerita, keinginan dan ketertarikan pada kegiatan mendaki sebetulnya sudah ada sejak di bangku kuliah, nama organisasinya bernama Himpala (Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam). Namun sayang, tidak diizinkan oleh orangtua. Jadilah keinginan itu dipendam hingga bertahun-tahun lamanya. Hingga pada suatu ketika, kesempatan itu datang mengetuk disaat diri sudah jauh dari muda masa kuliah haha. Setelah ditimbang, tak apalah, mungkin memang disaat inilah dukungan itu dapat digenggam.

Tahun 2018, menjadi waktu pertama diri ini diperkenankan untuk mencicipi bagaimana rasanya mendaki itu pada Pendakian Srikandi di Gunung Prau, dalam rangka memperingati Hari Kartini. Banyak hal seru dan berkesan dalam pendakian tersebut, salah satunya mengenakan kebaya di puncak gunungnya. Masih banyak hal dan cerita lainnya yang cukup menarik, namun hal tersebut tidak akan dipaparkan dalam tulisan ini. Mungkin akan dituliskan di part yang terpisah.

Tiga bulan kemudian, rencana, keinginan juga impian untuk kembali bisa mendaki terhenti. Sebuah kecelakan parah menimpa diri. Sebuah mobil berkecepatan kencang menabrak dari sebelah kanan. Tubuh bagian kanan terhantam, terpelanting, melambung sesaat tak sadarkan diri sepersekian detik, mencipta luka hingga koyak. 
Satu yang terparah, mengakibatkan tulang menuju kelingking di telapak tangan terbagi dua. Terseok patah, membengkak, lunglai tak bergerak, lebab menggembung dengan rasa sakit tak terperi.

Hasil rontgen, merujuk ke tindakan operasi besar. Dan setelahnya, perlu dilakukan fisioterapi untuk jangka waktu tertentu untuk upaya pemulihan seperti semula kembali.

Gambaran di benak untuk dapat menaklukkan puncak gunung tertutup. Fokus di penyembuhan lahir dan batin. Konsentrasi pada perbaikan motorik di tangan kanan yang selama ini sangat berjasa untuk menulis dan melakukan segudang aktivitas yang lainnya.

Hingga empat tahun kemudian, setelah dua tahun recovery, dua tahun off total dari berkegiatan trip atau jalan-jalan, kesempatan itu terbuka dan kondisi telapak tangan sudah sesuai dngan target utama dokter bedah tulang, dapat kembali menggenggam meski masih ada pen dan scrup yang belum diangkat.

Dan, kembali..dengan penuh rasa syukur dan tentunya haru sekaligus bahagia, berkat trip BPJ yang mengadakan trip ke Puncak Kuta, pendakian itu kembali dilakukan dan dirasakan.


Bahagia sekali, meski seperti kembali dari ulang lagi, dari nol lagi, dengan tertatih-tatih, dengan perlahan, selangkah demi selangkah. Walau tidak terlalu mudah untuk diri dengan berbagai kondisi yang ada. Tapi ini sudah lebih baik sekali, sudah yang terbaik.

Terimakasih diri, terimakasih untuk semua yang mendukung diri, terimakasih BPJ untuk trip ke gunung-gunung mungilnya, puncak atau gunung dengan mdpl yang tidak terlalu tinggi.

Dan, untuk saat ini diri lebih memilih dan memutuskan untuk tetap mencoba dan terus berusaha mendaki gunung-gunung mungil dengan mdpl yang tidak terlalu tinggi. Diri merasa enjoy dan bersyukur.

Alhamdulilah...


Dan, lalu..bagaimana cerita tentang perjalanan menuju Puncak Kuta yang terletak di Bogor hingga pendakian cantik santainya...




Bersambung yaaa...

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Ga nyangka kamu pernah kecelakaan, apalagi tulisan2 km yg sebelumnya kan tentang yoga yg bs dibilang olahraga fisik yg buat sebagian org cukup perlu ketelatenan ya.. mendaki emg enak sih, krn juga bs kenal kepribadian org lain lebih cepet langsung ke beberapa poin, meskipun ga semua poin dr yg org lain punya itu ya ketauan juga sih.. hehe.. nice post!

    BalasHapus
  2. Tiap ketemu kamu kayak baik-baik aja deh kak. Bacanya justru ternyata udah sembuh, dan bisa beraktifitas yang effort. Semangat terus kak

    BalasHapus
  3. Kecelakaan sering memberikan trauma tersendiri bagi korbannya. Harapannya bisa segera bangkit dan menyesuaikn diri lagi.
    Selamat sudah bisa mulai mendaki gunung lagi. Semoga bukan yang terakhir, tapi jadi bagian atau proses dari gunung yang pernah didaki dan memberikan pengalaman dan kesan tersendiri.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, selamat yaa sudah pulih dan bisa kembali naik-naik ke puncak gunung, meski tidak tinggi-tinggi sekali.... Semoga selalu diberi kesehatan ke depannya.... menunggu part2 lainnya

    BalasHapus
  5. Wahhh, Bunda, ternyata ada pengalaman pahit sebelum ini, tapi Bunda keren, bisa bangkit dan sehat kembali, Sehat terus ya Bunda, biar kita bisa nanjak bareng lagi, dan masih banyak tempat-tempat indah yang harus dijelajahi selagi masih sehat, dan beruntungnya lagi pengalaman itu bisa dibagikan lewat tulisan, Keren lah pokok nya

    BalasHapus
  6. Selamat Kak Anni untuk pencapaiannya di tahun ini! Semoga sehat selalu dan bisa menaklukan puncak² gunung lagi. Namun yg terpenting adalah bisa menaklukan diri sendiri.

    BalasHapus
  7. Iqbal -- sebegitu lamanya yah recovery Anni.. mungkin yang berat terutama bukan fisik tulang yg patah, tp justru yg lebih sakit itu yg non fisik, kegiatan serba terbatas

    BalasHapus
  8. Aku ngilu ngebayangain pas kecelakaan itu kak, Alhamdulillah sekarang sudah pulih kembali ya kak. Ditunggu cerita pendakian gunung kuta nya

    BalasHapus
  9. Sama ka d jaman kukiah aku juga harus mengubur keinginann naik gunung karna ortu yg super panikan, sampai ahirnya baru bbrp bulan lalu aku beranikan naik gunung dan pelan2 ku kash pengertian ke ortu ahirnya dpt ijin

    BalasHapus
  10. Gigih tekad buat naik gunungnya ya Mbak...selamat menaklukkan proses-proses yang pastinya akan memberi makna dalam hidup.

    BalasHapus
  11. Wah syukur sekali sekarang sudah bisa melakukan aktivitas fisik yang termasuk tingkat berat ya kak, ditunggu part 2 nyaaa

    BalasHapus
  12. Kak An anak Mapala toh? Waktu kuliah ga diizinin ortu buat mendaki, akhir kesampaian pas tahun 2018 ya? Berapa tahun tuh keinginan mendakinya dipendam? 😅

    BalasHapus
  13. Yah ampun luar biasa banget semangatnya, ga nyerah walaupun harus nunggu masa pemulihan. Semoga kedepannya kondisi fisiknya jauh lebih siap buat meraih mdpl2 yg lebih tinggu yah.

    BalasHapus
  14. Anni mengingatkan saya betapa pengen banget ke gunung juga, tapi apa daya restu ortu susah didapat ;(

    BalasHapus
  15. Aku bacanya ikut bahagia kak, alhamdulillah bisa hiking lg ya kak. Semangat nya perlu ku tiru banget. Aku pengen bgt bisa merasakan naik gunung begitu, tapi apa daya rasanya gak sangup. Tp membaca perjuangan kk, rasanya semangat itu msh ada. Kerenn kak.

    BalasHapus