Antara Gegunungan dan Kebun - Kebun

Antara Gegunungan dan Kebun - Kebun..



Kalau kamu diberi pertanyaan, lebih suka dan pilih yang mana antara gunung dan kebun atau perkebunan? 
Kamu akan lebih pilih yang mana?

Kalau aku, sepertinya akan memilih keduanya, walau sebenarnya ada kecondongan lebih ke kebun dan perkebunan. Namun, gunung tetap yang perlu dipilih juga karena banyak pula pelajaran dan hikmah yang bisa aku petik juga peroleh dari sana.


Dan tulisan kali ini akan berisi cerita tentang...

Cerita tentang kembali naik gunung setelah terpending sekitar enam bulan lamanya. Apa yang membuatnya jadi terpending sekian lamanya itu? Jadi, selain memang ada urusan pribadi juga keluarga, juga ada hal yang membuat cukup kesal dan  kecewa pada cerita pendakian sebelumnya juga sih, sebetulnya tidak terlalu penting juga on point. Tapi kemudian kenapa lantas malah diungkapkan lewat tulisan ini? Jadi ya maksudnya biar untuk reminder pribadi saja, juga jadi belajar dari hal itu juga disadarkan...

***

Bahwasanya...

Mencari, terlebih menemukan teman sejalan yang sevisi misi sefrekuensi itu tidaklah mudah sama sekali. 
Ternyata ada betulnya juga kata pepatah yang berbunyi, kamu akan mengetahui watak, sifat juga karakter seseorang setelah kamu melakukan safar atau perjalanan jauh bersamanya, selain juga dari telah mengenal cukup lama dan beberapa kali jalan bersamanya. 

Dan hal itu tetap saja akan menjadi hal yang unik dan istimewa bila dilewati melalui cerita perjalanan pendakian. 
Benar adanya bila kita bisa melihat, merasakan juga menyaksikan tindak tanduk serta perilaku seseorang yang sebenarnya juga sedikit banyak telah menggambarkan tentang dirinya.

But ya sudahlah, sorry and thank you for everything aja lah hehe
Tapi sesudahnya jadi belum mood alias belum mau lagi lebih tepatnya lagi belum bersemangat, jadi malas bareng dan berdekatan, lagi mau healing atau pemulihan dulu ceritanya. Selain lagi dan lagi, ya karena memang ada urusan demi urusan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan seseorang ataupun pendakian itu sendiri.

Apa yang terjadi kemudian? Jadi asyik sendiri! Jadi liburan dan meliburkan diri, terutama sebelum dan sesudah hari raya, sampai menjalankan kegiatan-kegiatan yang lain.
Rehat dan pemulihannya nggak terasa malah jadi kelamaan dong haha, cukup lumayan lama, kurang lebih enam bulan alias setengah tahun haha..

Dan dang! Memang ternyata rasanya jadi lebih berat dari sebelumnya.
Terjadi kemunduran haha, terutama dalam hal kecepatan, walau sebelumnya juga cuma masuk kategori sedang-sedang saja, tapi kali ini sepertinya jadi tambah merosot, untuk hal race dan tentunya speed (tapi ingat, hiking atau mendaki itu bukan untuk lomba, hiking itu untuk dinikmati dan disyukuri, hiking itu bukan tentang menaklukkan ketinggian juga kegagahan dari gunung-gunung tapi tentang menaklukan diri sendiri dari beragam rasa).

Lanjut, karena terjadi kemunduran, otomatis aku jadi ada atau berada di belakang, masuk kelompok yang paling lambat sendiri. Memang benar ada dampak yang begitu terasa setelah cukup lama vakum, jadi berat. Efek dari terlalu kelamaan bangkit laginya haha

Hal itu kemudian jadi pelajaran dan pengingat...
Jadi reminderself kalau, jangan terlalu lama-lama banget apa-apa itu. Boleh jatuh, boleh terpuruk, boleh sedih, kesal juga kecewa, tapi sekedar dan secukupnya saja, setelah itu bangun dan bangkit berdiri lagi. Berjalan lagi. Bila dapat berlari, berlarilah.
It is ok, jadi pelajaran berharga.

Selain itu juga mesti fokus, meski udah preparation dengan olahraga demi olahraga juga...honestly rasanya tetap berat apa karena dampak dari kurang serius yaaa..
Tidak seperti yang sebelum-sebelumnya...

Itulah sekilas cerita terkini dari gunungnya..
Cerita selanjutnya tentang hal yang tak terduga alias tiba-tiba.
Inilah cerita tentang kebun dan perkebunan..cerita yang menyenangkan buat aku.


Karena..
Aku jadi bisa menemukan olahraga lain yang tidak kalah menyenangkannya bersama teman yang tidak disengaja.
Apa itu? Tracking! Jalan sehat sambil haha hihi, buat aku jadi buat penyeimbang aja, biar nggak terlalu serius-serius amat dan nggak terlalu sendirian-sendirian amat seperti biasanya haha..(biasa jalan dan lari sendiri dalam rangka persiapan mendaki).

Dan senangnya...(seperti habis gelap terbitlah terang, setelah kesedihan ada kesenangan hehe)
Entah karena faktor kebetulan atau keberuntungan, lumayan dapat teman yang asyik juga seru plus bisa bikin ketawa juga ngikik abis, jadi makin seneng dan happy jadinya.





A Blessing.
I am Grateful.


Aku syukurin dan aku jalanin semua yang baik, positif dan bermanfaat.


Terimakasih sudah membaca sepotong tulisan awal tentang kebahagiaan aku bisa jalan-jalan ke kebun dan perkebunan, mulai dari Kebun Lengkuas(hingga dapat kesempatan melihat langsung para petani memanen lengkuas) sampai yang terbaru, sekitar dua hari yang lalu, kami menemukan Kebun Semangka.




Kalau kalian lebih suka pilih mana jadinya, gunung atau kebun?

Posting Komentar

16 Komentar

  1. mereka bilang nggak penting ke mananya tapi dengan siapa, hehehe, dan kayaknya aku setuju... (maklum si aku tu relating talentsnya kuat banget )

    BalasHapus
  2. Lebih pilih gunung, karena lebih dingin..hehe..
    Next, ditunggu tulisannya tentang tips menjadi travel buddy yang asyik biar liburan ga jadi zonk :p

    BalasHapus
  3. Yaa sifat asli orang lain/teman bisa terlihat ketika melakukan perjalanan bersama. Tidak hanya itu, sifat kita sendiri juga akan terlihat dalam perjalanan tersebut. Jadi kita bisa saling melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    Aku malah pernah vakum dari mendaki selama beberapa tahun. Tapi emang kangen dengan suasana gunung sih. Akhirnya mendaki gunung lagi.

    Jalan kaki juga jadi salah satu olahraga favoritku. Minimal seminggu sekali aku bakal jalan kaki. Rata-rata jarak yang aku temouh sekutar 4-5 km.

    BalasHapus
  4. Iqbal - kalo kebon panas ni, mendingan gunung. Eh tapi gunung juga panas ya kalo di atas

    BalasHapus
  5. Keduanya memang kegiatan menyenangkan, baik berkebun maupun naik gunung. Dan memang benar, memilih teman healing itu emang penting, jangan sampai niat healing malah berujung bete

    BalasHapus
  6. Keduanya menurut ku menyenangkan kak, karena aku suka liat yang ijo2 hehe
    - Retno

    BalasHapus
  7. Mandalawangi, Pendakian yang menyenangkan, Cerita pendakian, ditambah dengan kemampuan sastra yang sangat tinggi sangat menarik sekali,

    BalasHapus
  8. Aku suka keduanyaaaaaa. Tapi lebih suka pantai. -Lala

    BalasHapus
  9. Memang penting menemukan tim sefrekuensi tetapi sebenarnya kalau kita jalan dengan orang yang beda bisa menciptakan skill adaptasi yang lebih baik juga, sama problem solving untuk menghadapi org spt itu gimana. Hahaha Semoga jalan-jalan makin asyik ke depannya

    BalasHapus
  10. Kalau saya malah kombinasi keduanya. Suka kebun sayur yang ada di dekat gunung.
    Sepertinya hidup seperti itu jadi impian di hari tua nanti.

    BalasHapus
  11. Aku yang bukan pendaki milih perkebunan aja, kak. Ga gitu menguras energi, tp juga bisa tetep hepi liatin ijo2an. Dan tetep yah, jalannya harus dengan orang yg asyik biar ga boring n cepet lelah di perjalanan

    BalasHapus
  12. Kalau aku sih milih tinggal digunung dan berkebun untuk memenuhi kehiduoan sehari-hari.

    BalasHapus
  13. Mau pilih pegunungan tapi kayanya ga kuatt sistt hahahha, pernah naik 2x ke gunung pendek Nan landai aja udah Kaya mau nangis! Hahahaha. Beruntung banget ada temen Jalan yg bener2 nemenin Dan jadi 2 peserta akhir, wkwkwk. Emang betul ya, temen Jalan yang "baik" emang penting banget, apalagi buat temen hidup, hiya hiya hiya! Oke fix aku pilih tracking ke perkebunan ajaa, ga kalah menyenangkan ya, bisa sekalian panen, ahahhaha

    BalasHapus
  14. Memang ya dpt teman seperjalanan yang pas tuh termasuk rejeki :)
    Seneng bgt bacanya, bkin aku jad throwback jaman masih sanggup naik trun gunung

    BalasHapus
  15. Aku apa aja kak, asal sama siapa nya hehe

    Aslinya aku mau kemana aja dan mau main sama siapa aja, tp kalo ke gunung aku suka milih orang yg udah aku percaya. Yaa itu kalo sama org baru kita kadang ga siap dengan sikapnya, sementara perjalanan masih berlangsung ya kan.

    BalasHapus
  16. Gunung memang selalu jadi tujuan destinasi terbaik untuk menemukan diri. Aku pun sama, terakhir kali menuju puncak di tahun 2012 lalu, 3078 mdl gunung ciremai. Tapi setelah itu, aku urung lanjut lagi. Susah euy menemukan teman sefrekuensi untuk mendaki gunung.

    BalasHapus